Jumat, 30 Mei 2014

Numarical Majority but Technical Minority

Oleh    : Andi Musthafa Husain

$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè?
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(al-Hujurāt[49] :10)


Tim Kece PPUII "2011"
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan alam semesta ini, yaitu alam yang tampak oleh mata dari berbagai makhluk ciptaan-NYA, berlari dan melata di bumi, berterbangan di udara serta berenang di lautan. Maha kuasa Allah menciptakan alam yang tiada tampak oleh mata dengan segala makhluk ciptaannya yang ghaib, maha besar zat, sifat serta pengetahuan-MU ya Allah.
Maha sempurna ciptaan-MU ya Allah, siang bersinarkan matahari, malam berlampukan bulan yang dihiasi kelap-kelip bintang di langit kelam, bummi yang terhampar luas berpasakkan jutaan gunung, awan yang berarak tak pernah putus, hujan yang menyirami bumi ini menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dengan aneka rasa yang berbeda-beda.
Tuhan yang tidak pernah kantuk, tidak pernah lelah, sepanjang tahun terus-menerus berkuasa dan mengetahui keadaan hambanya. Menangis anak kera di hutan meminta air susu ibunya, menetas sebutir telur ikan di dasar lautan, mencicit anak burung di ranting meminta perlindungan dengan ibunya. Berputar dunia ini pada porosnya, semua itu tak lepas dari penglihatan, pendengaran, dan pengetahuan-MU ya Allah.
Shalawat beertangkaikan salam berpucukkan rindu berantingkan kasih sayang semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam, putra Abdullah, buah hati Siti Aminah, Habibullah kekasih Allah, beliau manusia agung Muhammad sallalāhualaihi wa sallam yang selalu kita tunggu syafaatnya di hari akhir kelak. Rasul yang selalu rindu dan merindukan kita, orang yang sanggup bermandikan darah berselimutkan pedang demi menegakkan kalimat lāilāhaillallah di muka bumi ini sehingga kita dapat menikmati Indahnya Islam pada saat ini.
            Pancasila
Setiap penduduk bangsa Indonesia tentu sudah hapal pancasila. Pancasila sudah diajarkan pada rakyat semenjak kecil, ketika di Sekolah Dasar tentu setiap guru telah mengajarkan isi kandungan serta menyuruh pada peserta didiknya untuk menghapal pancasila. Pancasila sebagai pedoman untuk rakyat seharusnya sudah menjadi darah daging Indonesia itu sendiri. Seharusnya bangsa Indonesia mengamalkan semua prilaku dan tindakan yang tidak lepas dari pancasila.
            Setiap pembuatan UUD 45’ tidak boleh melenceng atau keluar dari konsep kelima pancasila tersebut, tentu semua undang-undang yang beredar sekarang semuanya berada dalam koredor pancasila. Penulis yakin bahwa anak SD saja sudah hapal akan lima pancasila yang menjadi konsep utama bangsa Indonesia. Akan tetapi, sedikit ragu semua telah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
            Saat ini bangsa Indonesia akan memilih Presiden atau pemimpin yang akan memimpin Indonesia lima tahun kedepan. Sedikit prihatin bahwa untuk memilih pemimpin saja kita sebagai bangsa Indonesia belum bisa bersatu. Sebagai contoh, politik yang menjatuhkan capres dan cawapres satu sama lain. Sebenarnya penulis yakin bahwa para politis jauh lebih memahami sila ke-3 yaitu “Persatuan Indonesia”. Lantas, seharusnya siapapun yang menjadi pemimpin bangsa kedepan maka sebaiknya bagi kita mentaatinya.
            Apakah tidak malu, tak kala seorang telah menghina pemimpinnya setelah pemimpin tersebut jadi presiden. Seharusnya pemilihan presiden ini bisa menjadikan Indonesia lebih berpikir jernih dan menjadi satu kesatuan. Jika faktor Internal saja Indonesia tidak bisa bersatu, bagaimana dengan hubungannya dengan negara lain.
            “Bhineka Tunggal Ika” sebuah kata yang dipegang teguh oleh garuda Indonesia dengan cengkramnya. Tentu pemimpin terdahulu telah memikirkan semboyan ini dengan sangat matang untuk dijadikan pedoman. Walaupun berbeda-beda tapi tetap satu juga, Indonesia terdiri dari kepulauan-kepulauan kecil dan besar, memiliki beraneka ragam suku dan budaya, kaya akan bahasa dan sumber daya alam, akan tetapi perbedaan tersebut seharusnya tetap menjadikan Indonesia satu kesatuan yang sangat kuat.
            Muslim itu Saudara
Pada surat al-Hujurāt ayat 10 yang artinya “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. Telah diterangkang kepada kita bahwa umat muslim di Indonesia bahkan di dunia sebenarnya adalah saudara. Akan tetapi, jika kita amati lebih lanjut ayat ini maka kita akan menemukan kata perselisihan di antara umat muslim itu sendiri, maka Allah memerintahkan kita untuk menyatukan dan memperbaiki hubungan di antara kita agar kita semua mendapatkan rahmat-NYA.
Rasulullah sebenarnya juga telah memprediksi semua bencana dan problem yang terdapat pada umatnya. Seperti keadaan umatnya di akhir zaman, umat muslim akan sangat banyak kelak di akhir zaman akan tetapi sangan sedikit peranannya. Umat muslim di akhir zaman seperti buih yang terombang-ambing di laut luas, jikala ombak mebawanya ke tepi maka terbawalah buih tersebut menuju tepi dan begitu juga jikala ombak menuju tengah maka buih tersebut akan terbawa ke tengah.
Imam Munawir menerangkan dalam bukunya Kebangkitan Islam dan Tantangan-Tantangan yang Dihadapi Dari Masa Kemasa bahwa membahas kondisi umat Islam di Indonesia merupakan sesuatu yang unik. Keunikan itu dapat dilihat dari besarnya kuantitas para pemeluk agama Islam yang terdapat di Indonesia, akan tetapi kecil peranannya dalam agama itu sendiri. Terutama dalam urusan politik, sangat sedikit yang memanfaatkan dasar-dasar pada aturan Islam.
Wilfred Cantwell Smith berasumsi bahwa kebangkitan Islam nanti akan dipelipori oleh bangsa Indonesia, tentu saja ia berkata demikian dengan data dan dasar yang meyakinkan. Namun, pandangan demikian akan banyak mengundang pertanyaan-pertanyaan, sebab umat Islam Indonesia sendi yang lebih berhak menilai.
Memang diakui bahwa Indonesia menjadi negara yang umat Islam terbesar, akan tetapi orang akan melihat sejauh mana cita-cita Islam mewarnai dalam seluruh kerak dan corak kehidupan, baik dalam lapangan hidup bermasyarakat maupun dalam pemerintahan. Dapatlah ditarik kesimpulan sementara bahwa ternyata kaum muslim Indonesia adalah mayoritas berfungsi minoritas, atau dapat diberi predikat “numarical majority” (banyak bilangannya) akan tetapi “technical minority” (sedikit dalam peranannya).
Hal yang seperti ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti: latar belakan pendidikan, lingkungan, kedudukan, keturunan, pemerintahan dan banyak lagi lainnya. ketentuan dan pernyataan yang demikian tentu membawa pola pikir dan pandangan tentang Islam berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Toleransi
Berbeda pendapat itu biasa, bahkan bagi umat muslim berbeda pendapat itu adalah rahmat. Rasulullah SAW bersabda “perbedaan pendapat umatku adalah rahmat” (al-hadist). Dari sabda rasul ini kita dapat mengetahui, bahwa rasul juga mengetahui bahwa umatnya akan berselisih dan perselisihan itu sebenarnya adalah rahmat.
Betapa indahnya jikala Indonesia ini membangun negara bersama saling toleril terhadap perbedaan, tidak ada caci-maki antara satu kubu dan kubu lainnya. setiap sisi memiliki sisi positif dan sisi negatif. Tapi, perlu kita ingat toleransi dilakukan dengan sangat bijak, terkadang kita menemukan beberapa tindakan yang memang seharusnya diambil tegas dan dihukum secara tegas, akan tetapi malah di toleril oleh beberapa pihak.
Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju) , dan demikian itu adalah selemah-lemah iman”.(Muslim no:49)
Dari hadist di atas kita dapat mengetahui bahwa ada beberapa faktor hukum yang seharusnya diambil tegas. Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah kita mencegahnya dengan tangan, hal ini berupa tindakan, tindakan yang dapat mengubah seseorang, atau mencegahnya secara langsung.
Akan tetapi, jika tak sanggup dengan tangan, atau tidak memiliki kekuasaan maka hendaklah kita mencegahnya melalui lisan, melalui perkataan-perkataan yang penuh dengan nasehat serta menerangan dengan tegas bahwa ia sedang melakukan kesalahan. Menasehati seseorang harus dengan kadar kemampuannya agar kelak tidak ada perasaan yang menyindir atau kesalah pahaman antara keduanya.
Apabila tidak kuat melakukannya dengan tangan maupun lisan maka alternatif teraakhir adalah dengan hati. Seseorang yang melihat kemungkarang bisa saja menasehati temannya melalui hati. Maksudnya disini adalah mendo’akan orang yang telah melakukan kemungkarang tersebut, dengan do’a tersebut semoga Allah memperbaiki serta memberinya hidayah hingga tidak berbuat mungkar dikemudian harinya.
Ya Allah jadikanlah bangsa Indonesia ini bangsa yang makmur, bangsa yang bermoral, bangsa yang selalu Engkau rahmati, bangsa yang menjunjung tinggi kalimat lāilāhaillallah. Jadikanlah bangsa ini bangsa yang toleransi, bangsa yang memiliki pemimpin yang sidiq, amanah, tabligh, fatonah. Wallāhu a’lamu bi ash-shawāb. []

Andi Musthafa Husain
Ponpes UII, FIAI, Tarbiyah 2013


Memulai Bisnis Mentok (Sebuah Tulisan Amatir)

Dengan berbagai alasan melihat situasi dan kondisi di perdesaan, akhirnya saya mencoba untuk berternak entok. Pada dasarnya entok diterna...