Selasa, 20 November 2012

Manusia Butuh Masalah


Oleh: Andi Musthafa Husain


Namanya manusia, tak luput dari apa yang disebut dengan dosa. Begitu juga para anbiyā’ wal mursalīn. Tapi permasalahannya bukanlah itu, akan tetapi bagaimana cara kita menanggapi atau menyikapi dosa yang kita perbuat. Bahkan, baginda Rasulullah SAW pun pernah mendapatkan teguran dari Allah SWT, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu, kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. at-Tahrīm [66]: 1 ). Ayat di atas merupakan salah satu peringatan Allah SWT kepada Rasulullah SAW.
Lantas, bagaimanakah cara Rasulullah menanggapi hal tersebut? Apakah beliau depresi dan melakukan hal-hal yang tidak senonoh, mabuk-mabukan, main judi, berzina, tentu tidak. Ketika para  anbiyā’ wal mursalīn melakukan sebuah dosa maka yang mereka lakukan pertama kali adalah taubat dengan sebenar-benarnya taubat.
Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrīm [66]: 8).
Suatau ketika seseorang mendapatkah sebuah musibah, maka ia harus memikirkan tiga hal. Pertama, apakah musibah tersebut diberikan ketika kita dalam keadaan saleh, maka itu disebut cobaan. Dalam arti kata, Allah mau menguji iman orang tersebut, sampai dimana ketangguhan orang tersebut untuk beribadah kepada-Nya. Kedua, apakah musibah tersebut diberikan kepada kita pada saat berbuat maksiat, maka musibah tersebut bisa dikatakan teguran. Bartanda bahwa Allah itu sayang kepada hamba-Nya. Allah tak ingin kita jauh darinya, maka Ia berikan kita sebuah musibah sampai kita sadar akan kesalahan yang kita perbuat.
Golongan terakhir yaitu orang yang senantiasa bermaksiat kepada Allah, manusia yang lupa atas nikmat yang ia rasakan selama ini, manusia yang kufur akan semua yang telah ia peroleh. Apabila tipe orang yang seperti ini ditimpa musibah disebut azab. Azab hanya diberikan kepada orang yang syirik kepada-Nya, orang yang tak pernah ingat kepada-Nya, orang yang tak pernah mandi wajib selama hidupnya. Naudzubillāhi min dzālik. Semoga kita termasuk orang-orang yang disayangi-Nya. Amīn.
Masalah sudah Terjadi Semenjak Penciptaan Manusia
Bukanlah menjadi suatu permasalahan, apabila seorang hamba melakukan dosa kepada Sang Pencipta. Begitu juga antara hamba dengan hamba, karena kesalahan adalah sunnatullah yang seharusnya terjadi pada manusia. Dari semenjak penciptaan Nabi Adam AS dan Hawa, bapak dan ibu moyang seluruh umat ini melakukan sebuah kesalahan dengan memakan buah khuldi, mereka mengikuti perintah syaithan yang terkutuk. Sifat manusia yang memang diciptakan oleh Allah SWT dengan penuh rasa penasaran, yang akhirnya diturunkanlah Nabi Adam AS beserta tulang rusuknya - Hawa -  ke bumi.
Tidak berhenti di situ, anaknya Qabil dan Habil juga melakukan dosa sesama makhluk cipta’an. Alkisah, suatu ketika Nabi Adam dipertemukan dengan Siti Hawa, mereka diberkahi beberapa anak. Anak pertamanya diberi nama Qabil dan disusul oleh adiknya Iqlima’ yang tak lama kemudian disusul oleh pasangan kembar kedua, Habil dan adiknya Luqaba’. Di bawah kasih sayang ibu dan ayahnya, mereka berkembang begitu besar. Seperti fitrahnya, anak laki-laki membantu ayahnya mencari nafkah. Qabil diberkahi oleh Allah dengan tumbuh-tumbuhan, ia menanam beberapa macam tumbuhan, sedangkan Habil diberkahi oleh Allah dengan berternak, ia berternak beberapa macam hewan ternak. Sedangkan anak perempuan membantu ibu.
Sampai pada suatu hari Nabi Adam memutuskan untuk melakukan pernikahan silang, Qabil dengan Luqoba’ sedangkan Habil dengan Iqlima’, akan tetapi Qabil tak dapat menerima keputusan ayahnya, adiknya Iqlima’ jauh lebih cantik dibandingkan dengan Luqaba’. Nabi Adam AS meminta pertolongan atas terjadinya hal ini, sampai pada suatu ketika Nabi Adam memerintahkan untuk mereka berdua mengeluarkan korban dari hasil kerja mereka masing-masing. Pada awalnya, mereka berdua sangat puas dengan keputusan ayahnya, Habil mengeluarkan kambing terbaiknya, berbeda dengan Qabil, ia mengeluarkan sekarung gandum yang tak bagus.
Waktu persembahan pun tiba, mereka semua berkumpul pada sebuah bukit untuk menyaksikan persembahan siapakah yang akan diterima. Tentu saja, persembahan dari Habil-lah yang diterima oleh Allah, persembahan Habil yang dipilih dengan sebaik mungkin, sangat berbeda dengan Qabil. Semuanya sudah jelas, apa yang dilihat oleh Nabi Adam, dan Siti Hawa beserta anak-anaknya, bahwa Allah telah memilih Habil untuk memilih dengan siapa ia harus menikah.
Suatu ketika, Adam ingin meninggalkan rumah, ia menitipkan rumah dan keluarganya pada Qabil, karena Qabil anak pertamanya. Nabi Adam berpesan agar dapat menjaga rumah dengan sebaik-baiknya, menjaga ibu dan adiknya. Qabil menerima amanat ayahnya dengan senang hati dan berjanji akan berusaha sekuat mungkin. Janji itulah yang terdengar di telinga ayahnya, namun di dalam hatinya telah berniat busuk untuk berbuat jahat pada Habil, saudaranya sendiri. Menurut Qabil, inilah waktu yang pas untuk melampiaskan dendamnya, dengan bujukan syaithan ia mendatangi Habil dengan penuh rasa dengaki. Habil berusaha untuk menasihati kakaknya, sesekali Qabil menerima nasihatnya. Akan tetapi, bisikan syaithan lebih kuat, tanpa ia sadari, ia telah membunuh saudaranya sendiri. Inilah pembunuhan pertama manusia di muka bumi.
Cara Menanggapi Masalah
Setiap manusia pasti mempunyai masalah dalam hidupnya, masalah bisa timbul kapan saja, masalah bisa berasal dari orang lain, teman, bahkan keluarga sendiri. Suatu ketika anda mendapatkan masalah, maka bersenanglah, karena orang-orang yang sukses bisa ada karena ia menyelesaikan sebuah permasalahan. Semakin besar ia menyelesaikan masalah, semakin kuat ia untuk mendapatkan kesuksesan dan kehidupan. Allah tidak akan memberikan sebuah permasalahan kepada hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuanya. Apabila seseorang telah berada pada titik terbawah dalam hidupnya, bersyukurlah, karena ia tak ada jalan lain kecuali naik kepada tempat yang lebih baik. Terkadang masalah yang diberikan Allah kepada kita sangat banyak manfaatnya, akan tetapi kebanyakan kita tidak sabar untuk menemukan hikmah di balik itu semua.
Positive thinking. Kata inilah yang harus kita miliki dalam jiwa maupun raga untuk menemukan hikmah-hikmah yang terkandung pada sebuah masalah. Bukan hanya kita yang mendapatkan masalah, akan tetapi setiap manusia, bahkan para anbiyā’ wal mursalīn juga mendapatkan masalah. Bahkan masalah yang mereka terima jauh lebih berat dari pada manusia-manusia biasa. Nabi Musa di lahirkan pada masa Fir’aun raja yang dzalim. Nabi Luth diberikan kepadanya kaum yang tidak normal keadaannya. Nabi Nuh diberikan anak yang kufur kepadanya. Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anak satu-satunya. Nabi Ayub diberikan penyakit sehingga ditinggalkan anak dan istri-istrinya. Nabi Yusuf dilahirkan sebagai adik yang dibenci kakak-kakaknya. Tapi, mereka menjalani semua itu dengan penuh rasa optimis dan yakin tentang takdir yang telah Allah berikan kepadanya.
Relax. Hadapilah permasalahan dalam hidup ini penuh dengan senyuman. Menyelesaikan masalah dengan tenang dan yakin terhadap apa yang kita kerjakan. Terkadang sebuah permasalahan bisa timbul dikarenakan perilaku yang buruk, gugup, ceroboh. Semua itu biasanya timbul karena tidak relax dalam melakukan sesuatu. Perasaaan relax menimbulkan ketenangan, hingga merespon ke otak dan menyebabkan kesenangan dalam melaksanakan sesuatu. Jika permasalahan yang kita dapatkan telah selesai, kita akan merasakan sesuatu yang tak bisa diukir dengan kata-kata. Kita akan merasakan kebahagiaan yang sangat di dalam hati, muka akan tampak lebih tenang.
Tawakal. Apabila masalah datang secara terus-menerus, perhatikanlah pesan yang Allah berikan kepada kita. Pasti ada permasalahan yang disembunyikan Allah kepada kita. Timbulkan berfikir positif kepada setiap permasalahan yang datang, ciptakan perilaku relax kepada perilaku setiap kesulitan yang tiba. Setelah semua itu kita kuasai, bertawakallah kepada Allah. Berdoalah, “Ya Allah berikanlah hamba-Mu ini yang terbaik bagi-Mu. Terkadang kami berpikir itu baik bagi kami padahal sangat buruk bagi-Mu. Terkadang itu buruk menurut kami padahal sangat baik bagi-Mu untuk kami. Berikanlah kami yang terbaik bagi-Mu untuk kami. Amiiiiin...Wallāhu a’lamu bi ash-shawāb. []

Andi Musthafa Husain,
Santri Pon Pes UII


* Tulisan ini telah diterbitkan di Alrasikh, buletin Jum'at UII

Senin, 22 Oktober 2012

Wanita Itu Mengecup Pipiku



"Setelah mengantarkannya pulang tak ku sangka wanita itu mengkecup lembut pipiku, terlihat begitu sederhana tapi sangat bermakna dalam hidupku", ucap husin di lubuk hati terdalamnya







Sudah menjadi kebiasaan para santri untuk melakukan tanzīful ām (bersih-bersih) setiap pagi Minggu. Pagi itu Husin di minta oleh Ust Samsul untuk membantunya mengantarkan anak muridnya menuju tempat perlombaan “hari ini ada perlombaan memasak”, kata ust Samsul dengan tegas, seakan-akan ini adalah sebuah perintah yang tak bisa Husin hindari. Dengan segera Husin pun meminta izin ke pada bagian kebersihan untuk menemani ust Samsul menjemput anak muridnya.
                Ustadz Samsul memang terkenal bengis, tapi ia mempunyai sifat toleril yang sangat tinggi. Untuk tidak membuat ust Samsul menunggu lama Husin segera mengganti baju kaosnya dengan baju kemeja yang biasa ia bawa kekampus. Ketika Husin siap untuk berangkat, datanglah Najib, teman yang kamarnya tak begitu jauh dengan Husin. Tarnyata Ust Samsul membutuhkan 3 motor untuk membawa semua muridnya.
                Husin berangkat menuju lokasi, dalam perjalanan sempat kelabakan sih mengejar mereka, motor yang kunaiki tak sepantar dengan yang mereka punya, mau tak mau Husin harus bersih keras untuk bisa menyusul ketinggalannya. Semakin lama perjalanan yang di tempuh semakin jauh Husin ketinggalan, walau begitu Husin mempunyai insting yang kuat, ia terus mengebut tanpa mengetahui arah jalan yang harus ia tempuh.
                Ketika Husin tak tau lagi harus kemana ia pergi, ia mematikan motornya sejenak dan mengambil hape yang terdapat pada saku celananya, betapa terkejutnya Husin ketika melihat hapenya, ternyata ia berada pada kawasan yang sulit di jangkau, singalnya begitu lemah. Dengan galaunya ia terus memutari sebuah gedung. Tanpa ia sadari, ternyata di dalam gedung itu banyak gadis yang sedang memperhatikannya.
                Tak lama setelah Husin menyadari akan hal itu, dengan keadaan yang sedikit kacau ia cepat menghidupkan kembali motornya untuk menuju tempat yang belum pasti keberadaanya. “TIIINNN, TIIINNN, TIIINNN” suara kelakson yang tak asing bagi telinga Husin terdengar tepat di belakangnya. Tepat sekali, suara kelakson itu adalah bunyi dari motor ust Samsul. “Sudah sampai kamu Sin” dengan muka keheranan aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri “kok bisa, padahal tadi perasaanku mengatakan, aku ketinggalan pada mereka“. Dengan segera ustadz Samsul mengajakku masuk ke gedung yang ku putari tadi, beliau mengajak beberapa wanita yang telah ia pilih untuk menjadi peserta lomba masak.
                Tanpa basa-basi, ust samsul mempersilahkan seorang wanita yang bukan mahram bagi Samsul untuk menumpang di motornya, yah anggap aja ini sebuah perintah dari seorang guru pada muridnya, dalam perjalanan pergi menuju lokasi perlombaan, sapatah katapun tak keluar dari bibir Husin, ia terus menjaga martabatnya, ia selalu berpikir tentang moto hidupnya “HARGA DIRI TAK SEMURAH MAS MURNI”, perjalanan itu terasa sedikit menggerahkan, wanita yang di bonceng Husin selalu berupaya untuk memegang pinggangnya. Padahal Husin adalah tipe pria yang sangt penggeli, maksud dari wanita itu sebenarnya baik, tapi dengan segera ia menyadari bahwa Husin tak tahan terhadap geli.
                Setibanya Husin di tempat perlombaan, masing-masing kelompok telah mempersiapkan bahan yang akan di gunakan. Saya sangat terkecut, ketika melihat para musuhnya ternyata sangat formal dan meyakinkan, tampak agak sedikit pesimis pada muka ust Samsul. Semua peserta menggunakan seragam yang meyakinkan, sedangkan Husin tampil apa adanya. Mereka tampil dengan pemimbing yang ahli di bidang memasak, sedangkan Husin hanya mempunyai 3 orang yang ahli di lain bidang. Mereka tampil dengan peralatan canggih dan lengkap, sedangkan Husin hanya membawa panci penyot dan piring.
                Semua itu Husin lewati dengan penuh happy kecuali ust Samsul, ia tampak sedikit pucat memikirkan persiapan lawannya. Sebelum memulai perlombaan masing-masing 5 peserta dan 1 pemimbing diperintahan untuk bersiap-siap pada tempatnya. Seluruh panitia menyediakan peralatan untuk peserta, disamping panitia menyiapkan alat perlombaan, dewan juri membacakan krateria penilaian dengan singkat. Seorang panitia yang memeriksa peralatan kompor Husin mengangkat tangan dan menyatakan bahawa kompor kelompok 7 tidak bisa digunakan. Tak lama kemudian datang panitia lain membawa kompor yang hampir sama dan mencoba kembali tuk menghidupkan, ternyata kompor itu bisa hidup tapi tak bisa mati, gas yang begitu kencang mengeluarkan api yang besar, semua panitia, peserta, maupun dewan juri dengan segera memadamkan api tersebut yang pada akhirnya Husin memakai kompor yang paling terakhir.
                Meskipun kompor terakhir, tapi terlihat masih seperti baru, baru mau rusak. Rasa percaya diri ust Samsul semakin menghilang tapi, terlihat sebaliknya, anak didiknya begitu semangat. Perlombaan di mulai, semua memulai menghidupkan api, memasak, mengeluarkan bumbu yang ada. Terlihat kelompok ust Samsul yang paling sederhana, mereka hanya mengeluarkan panci hitam yang sudah penyot, sebungkus mi kuah, dan beberapa butir telur. Dengan durasi waktu 45 menit semua kelompok berusaha bekerja sama, dan saling tolog menolong. Singkat kata singkat cerita, 45 menit terasa begitu cepat, semua kelompok dipersilahkan untuk mempersembahkan masakannya kepada dewan juri.
                Setiap kelompok mempersembahkan masakan yang terakreditasi dan mempesona, semua berkelas dan layak di tampilkan di lestoran. Sampai tiba pada kelompok ust Samsul, terlihat senyum kecil kece dari dewan juri, terlihat sosis yang di gulung dengan telur dan mie gosong, berbaris seperti kuburan cina, terdengar oleh peserta “rasanya enak, penataanya rapi, semangatnya oke, dan kekompakannya bagus”, seakan-akan tidak ada cela pada masakan itu, tapi Husin semua sadar, itu hanya sekedar penenang agar tidak kecewa terhadap masakan yang telah susah paya di masak.
                Pengumuman juara dipanggil satu-persatu, tentu kelompak ust Samsul tidak menjadi juara “tenang aja kita itu juara 4, tapi karena gak ada juara 4 kita tak di panggil”, ucapku menyemangati. Setelah penilaian dewan juri semua pembimbing membareskan perlengkapan memasaknya. Berbeda dengan Husin, wanita-wanita iitu membereskan sendiri alatnya tanpa meminta bantuan kepada ust Samsul. Terlihat dewan juri mengarah kepada Husin dan mengangkat kedua jempol mereka. Setidaknya kejadian tadi membuat Ust samsul sedikit legah dan senang, senyuman yang tadi sempat senyap kini timbul kembali.
                Di jalan menuju pulang, ust Samsul menyuruh Husin untuk mengembalikan wanita-wanita itu kembali pada rumahnya. Seorang wanita yang terlihat begitu manis, kulit putih bercahaya, hidung mancung memanjang, bibir tipis berwarna ping lembut. Ia menaiki motor Husin dengan segera dan meminta untuk mengantarkannya kerumah. Diperjalanan Husin banyak berbicara, sepertinya Husin mulai akrab dengan wanita itu.
                Perjalanan menjadi begitu singkat, tak terasa perjalanan satu setengah jam itu terasa seperti beberapa menit. Sesampai di rumah wanita itu mengkecup pipi Husin dengan cepat dan menyampaikan terima kasihnya atas semua yang telah Husin berikan padanya, seketika itu muka Husin memerah, pikirannya melayang entah kemana, tak sempat memikirkan apa-apa ia segera memutar motornya untuk melanjutkan perjalanan pulang dan menuliskan kisah ini.








*Wanita itu bernama fatimah, salah satu murid TPA ust Samsul yang usianya berkisar 6 hingga 7 tahun. 

Jumat, 12 Oktober 2012

Wanita Perkasa


Bila dahaga, yang susukan aku….ibu
Bila lapar, yang menyuapi aku….ibu
Bila sendirian, yang selalu di sampingku.. ..ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut….Ibu
Bila bangun tidur, aku cari…..ibu
Bila nangis, orang pertama yang datang ….ibu
Bila ingin bermanja, aku dekati….ibu
Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah….ibu
Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya….ibu
Bila nakal, yang memarahi aku….ibu
Bila merajuk, yang membujukku cuma….ibu
Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah….ibu
Bila takut, yang menenangkan aku….ibu
Bila ingin peluk, yang aku suka peluk….ibu
Aku selalu teringatkan ….ibu
Bila sedih, aku mesti telepon….ibu
Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu…..ibu
Bila marah.. aku suka meluahkannya pada..ibu
Bila takut, aku selalu panggil… “ibuuuuu! “
Bila sakit, orang paling risau adalah….ibu
Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga….ibu
Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku…..ibu
Bila aku ada masalah, yang paling risau…. ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni.. ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku. …ibu
Kalau pulang ke kampung, yang selalu member bekal…..ibu
Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku….ibu
Yang selalu berkirim surat dengan aku…ibu
Yang selalu memuji aku….ibu
Yang selalu menasihati aku….ibu
Bila ingin menikah..Orang pertama aku datangi dan minta persetujuan. ….ibu
Saat Aku telah memiliki pasangan hidup sendiri….
Bila senang, aku cari….pasanganku
Bila sedih, aku cari….ibu
Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada….pasanganku
Bila gagal, aku ceritakan pada….ibu
Bila bahagia, aku peluk erat….pasanganku
Bila berduka, aku peluk erat….ibuku
Bila ingin berlibur, aku bawa….pasanganku
Bila sibuk, aku antar anak ke rumah….ibu
Bila sambut hari jadi dgn pasanganku.. Aku beri hadiah pada pasanganku
Bila sambut hari ibu….aku cuma dapat ucapkan “Selamat Hari Ibu”
Selalu.. aku ingat pasanganku
Selalu.. ibu ingat aku
Setiap saat…aku akan telepon pasanganku
Entah kapan… aku ingin telepon ibu
Selalu…aku belikan hadiah untuk pasanganku
Entah kapan… aku ingin belikan hadiah untuk ibu
Renungkan: “Kalau kau sudah selesai belajar dan berkerja…. masih ingatkah kau pada ibu? tidak banyak yang ibu inginkan… hanya dengan menyapa ibupun cukuplah”.
Berderai air mata jika kita mendengarnya……..
Tapi kalau ibu sudah tiada……….
IBUUUU…RINDU IBU…. RINDU SEKALI….
Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya….
Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya…..
Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya……
Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya…….
Berapa banyak yang sanggup membuang belatung dan membersihkan luka kudis ibunya…..
Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya…..
dan akhir sekali berapa banyak yang men-SHOLAT-kan JENAZAH ibunya……






Seorang anak menemui ibunya yang sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur lalu menghulurkan selembar kertas yang bertuliskan sesuatu. Si ibu segera melap tangannya dan menyambut kertas yang dihulurkan oleh si anak lalu membacanya.
Upah membantu ibu:
1) Membantu pergi belanja : Rp 4.000,-
2) Membantu jaga adik : Rp 4.000,-
3) Membantu buang sampah : Rp 1.000,-
4) Membantu membereskan tempat tidur : Rp 2.000,-
5) Membantu siram bunga : Rp 3.000,-
6) Membantu sapu sampah : Rp 3.000,- Jumlah : Rp 17.000,-
Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak , kemudian si ibu mengambil pensil dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.
1) Biaya mengandung selama 9 bulan – GRATIS
2) Biaya tidak tidur karena menjagamu – GRATIS
3) Biaya air mata yang menitik karenamu – GRATIS
4) Biaya gelisah karena mengkhawatirkanmu – GRATIS
5) Biaya menyediakan makan, minum, pakaian, dan keperluanmu -GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku – GRATIS
Air mata si anak berlinang setelah membaca apa yang dituliskan oleh si ibu. Si anak menatap wajah ibu,memeluknya dan berkata, “Saya Sayang Ibu”. Kemudian si anak mengambil pensil dan menulis “Telah Dibayar Lunas” ditulisnya pada muka surat yang sama.
Renungkanlah wahai saudara dan saudariku………

Selasa, 02 Oktober 2012

Belajar Sebelum Mengajar


Mungkin sudah menjadi suatu yang biasa bagi santri pp uii untuk mengajar anak TPA, tapi hari ini saya banyak belajar akan hal itu, setelah dua hari di training oleh salah satu kakak smester yang sudah berpengalaman dalam mengajar anak TPA, saya banyak mendapatkan pengalaman yang tak ternilai harganya,
                Hari itu di mulai dari salah seorang ustadz yang mengajak saya mengajar di sanggar (anak yatim),  mendengar akan hal itu saya langsung bergegas untuk menyiapkan apa-apa yang seharusnya di persiapkan, apalagi sang ust meminta saya untuk mengajar matematika, “WAH” mulut saya mengatakan kata tersebut secara sepontanitas.
                Bukannya saya takut akan mengajar anak TPA untuk mata pelajaran matematik, tapi saya gak habis pikir, kok bisa, Ust tersebut mengetahui saya sangat menyukai pelajaran matematika,  dengan semangat yang tinggi saya pelajari lagi matematik yang akan saya ajarkan,
                Tak lama setelah mendengar kabar baik tersebut, sebuah getaran yang tak asing lagi bagi saya terasa di saku kanan celana, dengan cepat saya membuka pesan singkat tersebut, “ Andi mohon maaf, Ust ada acara mendadak,  mengajarnya mugkin bisa di ganti minggu depan. Saya yang membaca sms tersebut merasa sedikit banyak kecewa atas apa yang ustad tersebut sampaikan, ucap saya, sambil sedikit berontak sambil memasukkan hape ke saku.
                Agak kecewa sih, setelah mendengar berita baik yang di susul berita yang membatalkan akan berita baik tersebut. Sambil membereskan buku- buku saya terus memikirkan, acara apa sih yang ust lakukan untuk membatalkan sebuah amal yang tak ternilai pahalanya ini??.,
                Sampai pada saat saya memutuskan “the day 4 sleep” sebuah ketukan mengharapkan saya untuk membuka pintu kamar terdengar agak kencang, “tidak ada orang” guyon saya sambil membuka pintu.
                Aziz       : ndi, kamu ada kerjaan??
                Andi      :ngak ziz, emang ada apa??
                Aziz       :ini ndi, kamu bisa temanin aku ngajar TPA ngak??
                Andi      : ooo, dengan senang hati ziz,,
                Setelah melaksanakan shalat ashar berjamaah, kami segera ke alokasi di mana tempat aziz biasa mengajar anak TPA. “Sampai tepat waktu”, katanya sambil mematikan motor dan mencabut kontak. Tanpa basa basi aziz langsung menyuruh saya untuk mengajar pada bab tawadu’.
                Pelajaran terlihat sengat lancar, terlihat dari senyuman- senyuman anak TPA yang begitu tulus memperhatikan saya mengajar, saya mulai senang dengan mereka, begitu pula sebaliknya.
Beberapa pelajaran yang dapat saya ambil hikmahnya:
  1. ·        Allah mengajarkan saya mengajar dari yang termudah terlebih dahulu untuk mengetahui, sampai dimana kemampuan yang saya punya.
  2. ·        Terlihat tawa tulus di antara anak TPA yang secara tidak langsung mengajarkan saya untuk jujur. Sebenarnya saya iri dengan mereka, karena mereka sangat bebas mengexspresikan sifat asli mereka tanpa ada kebohongan yang tersembunyi, ketika mereka kesakitan, mereka akan menangis, ketika mereka senang mereka akan tertawa.
  3. ·        Sehingga kamu mengira itu baik bagi kamu padahal itu jelek bagi kamu, dan begitu pula sebaliknya kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu.
  4. ·        Allah tak akan mengurangi rizki seseorang melainkan Ia akan menggantinya, dengan sesuatu yang setimpal bahkan lebih dari itu.

Kamis, 27 September 2012

Surat kecil dari tuhan








25 sepember 2012,,,,, saya mulai pada tengah malam, pada hari ini di mana bisa di katakan hari kedua saya setelah pindah kamar. Tidur nyenyak emang menjadi suatu barokah yang tak ternilai harganya, ya malam itu tepatnya pukul 01.00 saya terbangun akibat sebuah pukulan keras yang mengenai wajah saya seketika itu saya berkata di dalam hati “oug mungkin cuman mengigau” tak lama kemudian sebuah hantaman yang tak kalah keras juga mengenai kepala saya  “aseeem” ucap saya pada malam itu, dikarenakan tidak bisa menyambung tidur sayapun bergegas menyiapkan pakaian, memakai sarung serta tidak lupa tuk membawa alquran, sayaapun mulai shalat sunah malam, dan mengaji sambil menunggu azan subuh di komandangkan.
Smester 3 yang mendapat jadwal kuliah setelah shalat subuh satu persatu berdatangan menuju kelasa yang baru di bangun tahun yang lalu, berarti rombongan kamilah yang pertama menyicipi berada di kelas baru, selain itu kami juga mendapatkan salah seorang dosen faforit yang dulunya adalah seorang dosen dari guru kami(wow us and them one teacher)
Dalam kelas kami semua mendapatkan banyak sekali pelajaran pelajaran yang langsung di peraktekkan oleh dosen, arti kata, kami mendapatkan ilmu yang kami sendiri yang menemukan jawabanya, salah satu ilmu yang saya peroleh adalah tetang tugas makhluk yang bernama syaiton.               
dosen: ‘ adakah yang tau tugas syaiton???
Kebanyakan mahasiswa menjawab dengan lantangnya sambil mengatakan,” menganggu manusia,,,,,”
“Seandainya manusia itu konsisten untuk beribadah kepada Allah otomatis syaiton akan kalah ..... dan ketika manusia yang kalah manusia akan masuk nerakah dan apakah syaiton yang melaksanakan tugasnya akan mendapatkan apresiasi plus karena melaksanakan tugasnya dengan baik??” kata dosen
                Seketika itu juga segenap mahasiswa yang berada dalam ruangan tersebut terdiam ,, Itulah sesungguhnya menggoda manusia adalah pilihan hidup syaiton bukan tugas” sambung dosen menerangkan pelajaran
                Hati saya sejenak agak termenung , memang, saya ini telah banyak mendapatkan ilmu dari Allah tapi apakah saya mengamalkannya dalam ke diri saya sendiri???
ada tanda tanya besar yang tersimpan dalam ilmu-ilmu yang saya miliki
                Ada satu lagi cerita yang di sampaikan dosen tentang bagaimana Allah menyampaikan pesannya kepada hamba melalui perantara- perantara yang ada. Al kisah sekitar setahun yang lalu beliau mengadakan pertemuan di thailand, ketika di pesawat beliau kehilangan bbnya yang ia letakkan dalam saku ikat pingang, dengan tenang ia membaca, pesan apakah yang di sampaikan Allah kepada hamba... oh ia ternyata hari itu adalah hari jum’at. Pada saat mau kembali ke indonesia, beliau kehilangan sebuah kamera digital, beliaupun mencoba kembali membaca pesan apa yang di sampaikan maha pencipta kepada hambanya, oh ia hari itu adalah hari jumat.......
Setelah 2 kali meninggalkan shalat jum’at yang ketiga adalah kafir hukumnya, maka harus bersahadat kembali, ehhh ternyata beliau di uji oleh ALLAH pada hari jum’at esoknya beliau di panggil oleh mentri untuk menghadiri rapat yang tiketnya sudah di pesankan pada jam 11.40 wib,, mendengar akan hal tersebut beliau berdo’a “ ya ALLAH mudahkanlah dalam urusan saya”. Tak lama kemudian wakil dari mentri tersebut menelpon menyatakan keberangkatan beliau di percepat dengan konsekuensi pertambahan uang tiket di bayar sendiri. ALHAMDULILLAH ucap beliau dengan lega dan bahagia. Hari jum’at pagi beliau menghadap ke bandara dan menyatakan untuk memajukan jadwal penerbanganya dengan membayar uang sebesar 500rb an. Ya Allah qu persembahkan uang 500rb untuk menghadap panggilan MU”.
                “ALLAH MENGETAHUI APA YANG KAMU TIDAK KETAHUI”. Beliaupun dapat melaksanakan sholat jum’at bersama dengan pak mentri dan ntah bagaimana amplop yang di berikan kepada beliau lebih tebal dari yang biasanya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran yang terdapat pada kisah beliau,,,beliau adalah DRS Heri susanto M. HUM. Dosen filsafa univ gadjah mada dan dosen statistika univ islam indonesia.    


aminnnnn..

Rabu, 26 September 2012

ultah termeriah


Tanggal 23 September 2012 , yah benar sekali , hari ini saya berulang tahun, yang mana hari ini bertepatan juga dengan hari petasan ( pesona ta’aruf santri) uii. Pagi hari itu saya sedang bersih bersih pondok karena hari minggu, biasanya santri pp uii melakukan pembersihan umum sebagai bukti pengabdiannya untuk uii yang telah membebaskan biaya kuliah kami. Pagi itu setelah melakukan bersih bersih, salah seorang dari rombongan kami menyebutkan bahwa hari ini adalah hari saya berulang tahun, mendengar akan hal itu  teman- teman yang berada di situ serentak mengangkat badan saya ke kolam lele yang di penuhi dengan lumut yang mungkin lele itupun bosan dan merasa tersiksa hidup di situ, bayangkan saja kolam yang mungkin umurnya 5 tahunan yang hampir gak pernah di gonta ganti airnya itu menjadi tempat mandi pagi saya pada hari itu.
Saya tidak begitu kecewa kok, pada saat itu saya merasa seneng aja, soalnya makan siang dan makan malam geratisan seolah olah saya merasakan inilah acara saya, padahal itu adalah perayaan hari petasan yang bertepatan dengan tanggal lahir saya.
Pada tausiah yang di sampaikan oleh rektor 3 uii ada beberapa kata yang dapat saya petik di antaranya beliau mengatakan sangat bangga kepada santri uii karena kami di anggap sebagai santri atau bibit- bibit yang unggul padahal saya merasa belum ada yang saya bisa sumbangkan untuk pondok ini tapi saya berjanji akan menjadi benar- benar unggul dan menjadi mahasiswa yang berprestasi tinggi saya akan membawa negara ini maju menjadi apapun, soalnya apasih yang gak ada di indonesia, salah satu negara yang paling kaya di dunia tapi susah untuk mencari orang yang bisa memimpin negara ini
Pak Ir Bachnas, M.Sc juga sedikit bercerita tentang uswatun hasanah kita, Rasulullah sang pencerah umat yang dulu begitu gelap menjadi umat yang begitu berjaya pada eranya, pak Ir Bachnas, M.Sc bercerita tentang sifat yang di miliki Rasul untuk menjadi pemimpin.mendengar beliau berbicara tentang kepemimpinan Rasul jujur saya katakan saya pingin sekali memimpin negri ini menjadi negri yang maju. Ya Allah tolonglah negara ini saya tidak  berharap saya yang memimpin negeri ini, akan tetapi jadikan lah negri ini negri yang aman, damai, tentram, tempat orang yang saleh dan salehah, penuh dengancinta dan kasih sayang (amin).
Ya Allah jadikan lah hari esok adalah hari yang labih bermanfaat dan labih baik dari hari ini, di martikan dalam kata lain dia selalu melakukan apa yang bisa ia lakukan pada hari tersebut bukan untuk di tunda tunda seperti saya. Saya juga mungkin bukan seperti mas samsul yang memiliki begitu banyak karya yang dia sumbangkan untuk pp uii ini . ya Allah jadikanlah diri saya sebagai diri saya sendiri dan bantulah saya bahwa saya tidak kalah saing dengan mereka yang mempunyai prestasi- prestasi.

Selasa, 17 Juli 2012

Ayatullah Khomeini


Ayatullah Khomeini 

  

Disusun oleh :
Andi Musthafa Husain


Pondok Pesantren
Universitas Islam Indonesia






Ayatullah Khomeini 
makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Sejarah Pemikiran Islam
Dosen Pengampu Prof. Dr. M. Abdul Karim, M.A, M.A.






Disusun oleh :
Andi Musthafa Husain
11512262

Pondok Pesantren
Universitas Islam Indonesia






BAB 1
PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 70-an dunia diguncangkan oleh sebuah revolusi yang digerakkan oleh seorang ulama. Republik Iran yang begitu kuat di bawah kepemimpinan Syah akhirnya harus tumbang melalui perjuangan panjang ulama tersebut. Ulama itu, tak lain adalah Imam Khomeini, seorang sufi, teolog, fakih, filosof dan sekaligus politikus. Seorang pribadi besar, yang kokoh dalam pendirian dan keteguhan perjuangan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar tanpa mengenal putus asa.

                Ayatullah Khomeini lahir di Khomein pada 24 oktober 1902. Khomein, merupakan dusun yang berada di Iran tengah. Keluarga Khomeini adalah keluarga Sayyid Musawi, keturunan Nabi melalui jalur Imam ketujuh Syi’ah, Imam Musa Al-Kazhim. Mereka berasal dari Neysyabur, Iran timur laut. Pada awal abad kedelapan belas, keluarga ini bermigrasi ke India, dan mukim di kota kecil Kintur di dekat Lucknow di kerajaan Qudh, yang penguasanya adalah pengikut Syi’ah Dua Belas Imam. Kakek Sayed Ruhullah Khomeini yang bernama Sayyid Ahmad Musawi Hindi, lahir di Kintur . Keluarga kakeknya adalah keluarga ulama terkemuka, Mir Hamed Husein Hindi Neysyaburi, yang karyanya, Abaqat Al-Anwar, jadi kebanggan Syi’ah India.       

                Orang mengenangnya sebagai pemimpin sebuah revolusi di Iran paling spektakuler di abad 20 ini, yang hidup sehagai 'zahid' sejati. Orang-orang dekatnya mengenal sang Ayatullah sebagai seseorang yang hidup amat sederhana. 









BAB2
PEMBAHASAN
Begron ( latar belakang ) Ayatullah Khomeini
Ayatullah al-Uzmah Sayyid Ruhullah al-Musavi al-Khomeini dilahirkan di kota Khomein, dekat Isfahan, sekitar 300 kilometer selatan Taheran, pada 24 September 1902 (20 Jamadi-al-Thani 1320 H), bertepatan dengan hari ulang tahun Hazrat Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW dan Istri Ali Bin Abi Thalib (Imam Syiah Pertama). Nama Khomeini berasal dari nama kota Khomeyn. Di iran memang ada semacam tradisi menggunakan nama kota/daerah sebagai nama orang, biasanya dengan menambahkan akhiran”i”. Contoh lain, Rafsanjan menjadi Rafsanjani, Tehran menjadi Tehrani dan sebagainya. Sedangkan gelar Sayid menunjukan adanya garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW.
Ia berasal dari keluarga yang sangat religius. Baik ayahnya, Ayatullah Sayyid Mustafa al-Musavi al-Khomeini,kakeknya Sayyid Ahmad Hindi lahir di kintur, maupun kakek ayahnya, Sayyid Din Ali Syah, dikenal sebagai tokoh agama yang disegani pada masanya. Keluarga kakeknya adalah keluarga ulama terkemuka, Mir Hamed Husein Hindi Nesyaburi, yang karyanya, Abaqat Al-Anwar, jadi kebanggan Syiah India.
Begitu pula kakek dari ibunya (Hajar Agha Khanon), Ayatullah Aqa Mirza Ahmad Khwasari. Sayyid Din Ali Syah adalah seorang cendikiawan muslim (Religious Scholar) dari Nishapur atau Nesyhabur (Iran timur Laut) yang bermigrasi ke Kashmir di mana kemudian ia menetap untuk selamanya . Anaknya Sayyid Ahmad Hindi, meninggalkan India pada sekita 1830 dan  mengembara ke Karbala  dan Najab (dua kota suci ummat Islam syiah Irak)  kemudian mngunjungi kota Khumayn untuk memenuhi undangan temannya, Yusuf Khan. Di Khumayn ia menikah dengan adik yusuf Khan yaitu Sakinah, dan memperoleh empat orang anak  (seorang laki-laki, tiga perempuan). Anak laki-lakinya, Sayyid Mustafa al-Musavi yang lahir pada tahun 1856. Mustafa belajar di Najaf di bawa bimbingan Mirza Hasan Syirasi  kemudian pada tahun 1894 ia kembali ke Khomeyn. Sayyid Ahmad meninggal dunia pada saat Mustafa berumur 8 tahun. Sayyid Mustafa juga mendapat bimbingan dari ayatullah Aqa MirzaAhmad Khwansari dan kemudia menikah dengan anak Mirza Ahmad, Hajar Agha Khanom. Sayyid Mustafa dikaruniai anak sebanyak enam orang dan Ruhullah Khomeini yang bungsu dan satu-sdatunya yang panggilannya adalah Khomeini.
Pada tahun 1903, Ayah Ruhollah meninggal dunia pada usia 42 tahun. Kabarnya sayyid Mustafa dibunuh oleh dua orang bernama Ja’far Quli Khan dan Ridha  Quli Sultan, agen-agen dinasti Qajar(1796-1926). Waktu itu Sayyid Mustafa sedang  dalam perjalanan menuju ibukota provinsi Arak untuk menemui Gubernur Adhuh al-Sultan, guna melaporkan situasi yang tidak aman di kota Khomayn, jenazah Sayyid Mustafa  segera di bawah ke Najaf. Paara Ulama Taheran, Arak, Isfahan, Golpaygan, dan Khumayn, mengadakan upacara untuk mengenang kematian sayyid Mustafa.
Periode bergolak ini tidak pelak lagi mwninggkan kesan pada Ruhullah mudaa, kendatipun di disayangi oleh Sahebeh, bibinya yang tinggal bersama keeluarga ruhullah. Sahibeh memiliki mental dan pikiran yang kuat,  keehidupan Ruhullah di dominasi Sahebeh dan Ibunya. Keduanya meeninggal keetika Ruhullah berusia enam belas tahun.
Pada usia dua puluh tuju tahun, khomeini menikah dengan Batul, putri seorang Ayatullah dari Taheran. Mereka dikarunia lima anak, dua putra dan tiga putri.

Pendidikan
Sebagai anak, Khomeini belajar bahasa Arab, syair Perssia dan kaligraafi disekolah neegeri dan ‘maktab’. Maktab, tempat menulis  dalam bahasa arabnya, sebenrnyaameupakan ‘tempat meembaca’ di Iran. Seorang mullah atau wanita seteempatmengajarkan abjad daan pelafalan huruf-huruf Arab. Anak-anak duduk di lantai, danmenirukan apasaja yang dikatakan sang guru. Disiplin di maktab sangatlah keras. Kalau diatur dengan standar dewasa ini, hukuman untuk salah melafalkan kata-kata Al-Quran disana amat keras.
Seperti anak-anak lain, Ruhullah diajar meenghapal bebeerapa surah terakhir Al-Quran dan beberapa frase  seerta kata Arab  tentang Nabi dan Para Imam. Selai berbagai buku riwayatpara imam dan sebuah buku hadis NabiMuhammad SAW, diajkarkan pula sejaarah versi Syia’ah. Misalnya ada keyakinan bahwa Nabi maupun keluarga Nabi (termasuk para Imam Syiaah) wafat secara tidak alamiah. Ini ditunjukan dengan perkataan yang dinisbahkan kepada para imam Syiah, kami kalau tidak diracun , yaa dibuna. Perjuanganantara kebenaran dan kebatilan ini, atau melihat segalanya dengan hitam dan putih, membekas pada jiwa dan pkiran ruhullah. Kosa kata dan rasa dizalimi, senantiasa menyertainya sepanjang hayatnya. Jika menyangkut rasa tragedi yang mendalam, tak ada wilayah yang kelabu. Ruhullah mendengar hal ini  berulang kali dalam hidupnya, dari rumah sampai maktab, mesjid dan madrasa. Dalam interpretsdi sejarah seperti ini, Nabi muhammad disalimi musuh-musuhnya. Putrinya Fatimah, yang dihormati oleh kaum Syiah, diperlakukan secara tidak adil oleh Umar. Suaminya Ali diperlakukan secara tidak adil oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman yang merampas haknya untuk menggatikan Nabi seabagi kahalifah. Kaum Sunni hanya mengannggap ali sebagai Kahalifah keempat setelah nabi Muhammad SAW, sedangkan kaum Syiah memandang Ali sebagai Imam pertama. Setelah diperlakukan secara tidak adil, Ali kemudian dibunuh. Merupakn tugas segenap kaum Syiah untuk mengtasi ketidakadilan-ketakadilan semacam itu.
Menjelang dewasa, Khomeini mulai belajar agama dengan lebih serius. Ketika berusia lima belas tahun, dia mulai belajar tatabahasa Arab kepada saudaranya, Murtaza, yang belajar bahasa Arab dan teologi Isfahan. Khomeini tekun belajar, punya bakat khusus dalam menulisdan menyusun syair Persia. Dia banyak belajar syair Syair klasik, dengan penekanan setidak-tidaknya pertama-pertama pada syair moral dan etika seperti klasik besar’Golistan Sa’di’ (Taman Mawar). Paduan liririsme dan mistitisme Hafes, juga diajarkan. Hampir tak ada penyair besar yang tidak dicatat oleh khomeini dalam tulisan-tulisannya dikemudian hari. Nader-e Naderpour, seorang penyair Iran kontemporer yang bertemu Khomeini pada awal 1960-an di Qum, berkata: kami membacakan syair selama empat jam. Setiap baris pertama yang saya bacakan dari seorang penyair, dia membacakan baris keduanya. Khomeini juga memperlihtkan minat pada kaligrafi Persia, mempelajarinya dari seorang Syaikh yang bernama Hamzah Mahallati. Inilah kecakapan yang dipraktikkannya, bahkan ketika sudah usia tua.
Khomeini merupakan prodak Iran tengah, yang selama berabad-abad telah melahirkan ulama-ulama dan ahli-ahli agama. Dan bergurunya Khomeini kepada mahallati merupakan bagian dari tradisi ini. Yang pada waktu itu didambakan oleh Khomeini muda Mujtahid. Khomein bukan lagi lahan yang subur bagi aspirasinya. Najaf menjadi pilihan yang ideal. Namun runtuhnya imperium ‘Utsmaniah, dan digantikannya imperium ini di Irak olem mandat Inggris, menyebabkan terjadinya pergolakan politik. Lagi pula Khomeini belum cukup pendidikannya untuk pergi ke Najaf. Di pihak lain Isfahan, yang merupakan pusat ulama Syiah selama beberapa abad, merupakan kota penting yang letaknya sangat dekat letaknya dengan Khomein. Khomeini memutuskan untuk pergi ke Isfahan. Begitu di Isfahan, dia mendengar Syaikh ‘Abdul Karim Ha’ri Yazdi, seorang ulama terkemuka yang meninggalkan Karbala, untuk menghindari pergolakan politik, mendorang banyak ulama terkemuka untuk menyatakan penentangan pada kepada pemerintah Inggris di Irak. Hairi tinggal di kota Sultanabad atau Arak, dekat Isfahan. Bagi siswa yang impiaannya adalah Najaf, ini merupakan peluang yang menarik. Khomeini berusia tujuh belas tahun ketika berangkat ke Arak.
Di Arak, Ha’eri mendidik satu generasi ulama terkemuka disebuah madrasah yang mendapat bantuan dari Haj Aqa Mohsen araki (1325/1907), seorang ulama anti kontitusi terkemuka, Sebagai seorang yang baru dalam lingkunagn ilmu, Khomeini belajar ‘Suyuti’, sebuah teks tata bahasa Arab karya ulama Mesir, Jalaluddin Suyuti (atau As-Suyuti). Ketika belajar Khomeini hanya sedikit Kompromi, suatu sifat yang senatiasa menyertainya sepanjang hayatnya . Suatu hari, keyika sedang belajar suyuti bersama siswa lain dihalaman sekolah, Haeri sedang mengajar studi lanjutan kepada talabeh lain. Khomeini terusik oleh kebisingannya. Karena tak mau bertele-tele, Khomeini berpaling ke Hae’ri dan meminta dengan sopan namun tegas, agar berbicara lebih lembut. Ha’eri terkejut ditegur seperti ini oleh seorang murid. Khomeini saat itu merupakan talabeh yang sudah berpengalaman dan terdidik, serta memakai serban hitam.
Dengan runtuhnya imperium ‘Utsmania, ulama terkemuka ini enggan tinggal di kota-kota yang ada dibawah mandat inggris. Namun Qum dipandang sebagai kota Syiah yang pas. Sebagai pusat Syiah awal Qum merupakan tempat suci Ma,sumeh, saudara perempuan Imam Ridha, Imam kedelapan Syiah. Kebangkitan Qum sebagai pusat teologi utama pada hakekatnya berkaitan dengan Ha’eri, yang mendapat sambutan hangat ketika berzziarah  ke kota ini pada 1921. kemudian dia diundang untuk pindah ke Qum. Setelah Ha,eri pindah ke Qum, Ahmad Syah, raja terakhir Qajar, megadakan perjalanan khusus untuk menyambutnya. Segera saja, banyak ulama dari arak maupun dari kota-kota lain berdatangan ke Qum, dan mengubah Qum menjadi pusat teologi yang maju, yang mempunyai guru-guru untuk semua cabang ilmu Islam. Sekitar lima bulan kemudiaan, Khomeini yang pada waktu itu sedang belajar Motawwal, sebuah buku retorika dan semantik, mengikuti jejak Ha,eri pergi ke Qum, dan tinggal sekolah teologi dekat tempat suci itu.
Salah seorang guru pertama Khomeini ditempaat tinggalnya yang baru adalah Muhammad Reza Masjed Syahi. Dari Syahi inilah dia belajar retorika dan syair. Dan karena Syahi pula dia jadi tertarik pada topik baru, teori evolusi Darwin yang digunakan oleh kaum sekularis anti ulama untuk mencela dan mengejek ulama. Masjed Syahi adalah satu diantara banyak mullah yang berupaya membantah darwin. Khoemini segera mempelajari dan mendiskusikan buku gurunya, kritik terhadap filsafat Darwin.
Khomeini menyelesaikan studi fiqih dan ushul dengan seorang guru  dari Kasyan, yang sebelas tahun lebih tua darina, yaitu Ayatulllah Ali Yasrebi Kasyani (meninggal 1959). Kemudian Khomeini mengikuti kelas Ha’eri. Kalau Orang mengikuti kuliah seperti itu, berari ia memasuki tingkat tiga . Ha’eri mengajar Dars-e Kharej (studi diluar teks). Pada tingkat ini tidak ada buku pegangan, para siswa berusaha membentuk pendapatnya sendiri mengenai soal-soal hukum. Inilah tahap pendidikan Final Khomeini. Pada awala tahuan 1930-an, dia menjadi mujtahid dan menerima ijazah  untuk menyampaikan hadis dari empat guru terkemuka. Yang pertama dari kempat guru itu adalah Muhsin Amin Ameli (wafat 1952), seorang ulama terkemuka dari Libanon.  Yang kedua adalah Syaikh Abbas Qumi (wafat 1959) ahli hadis terkemuka dan sejarahwan Syiah. Qumi adalah penulis yang  tulisannya  digemari digemari di Iran Modern, terutama bukunya yang berjudul Mafatih Al-Jinan (kunci surga). Mafatih Al-Jinan diberikan kepada setiap sukarelawan perang setelah revolusi, suatu praktek yang salh ditafsarkan lawan Khomeini. Guru ketiganya adalah Abdul Qasim Dehkordi Isfahani (wafat 1934) seorang mullah terkemuka di  Isfahan. Guru keempatnya adalah Muhammad Reza Masjed Syahi (wafat 1943) yang datang di Qum pada 1925 karena protes menentang kebijakan anti-Islam Reza Syah.
Setelah studi hukum dan fiqih di Qum, Khomeini juga mempelajari dua tradisi Islam yang tidak lazim yaitu irfan dan hikamah. Pelajaran inilah sangat besar dampaknya pada pandangan Khomeini mengenai dirinya dan dunia . Irafan (gnosis adalah pengetahuan mistis dunia bathiniah manusia yang mengupayakan keakraban dengan Allah0 merupakan tradisi spiritual yang terdapat terutama di dunia Syiah. Hikmah yang diwarnai oleh sistem pemikiran yang sepenuhnya logis dan skolastik, danjuga oleh eksplorasi pengalaman tentang hakekat realitas puncak. Perwujudan lain irfan, yang juga penting sehubungan dengan Khomeini, adalah syair mistis persia, kendati tidak terbatas pada penyair Syiah saja, tapi juga pada penyair Sunni yaitu Jalaluddin Rumi dan Hafiz.
Setelah mempelajari filsafat, Khomeini mulai mempelajari tasawuf. Dia terutama tertarik kepada syarh-i fushush, sebuah ulasan oleh Syarifuddin Daud Qaisari (wafat 1450) atas fushush Al-Hikmah, salah satu karya Ibn Arabi yang memaparkan secara mistis sifat-sifat Allah yang tercermin dalam sifat para Nabi seejak Adam hingga Muhammad. Pada 1937, Khomeini menulis ulasan mengenai fushush tersebut.
Khomeini terpengaruh dari salah seorang gurunya , Syahabadi. Khomeini perna berkata pada Syahabadi; yang anda katakan tidak ada dalam buku . Dari  mana itu? Jawab Syahabadi; itu pendapatku sendiri. Syahabadi adalah seseorang yang tak suka bersikap diam. Dia salah seorang anggota kelompok kecil mullah yang aktif menentang kebijakan Reza Syah, dan juga mempeengaruhi pandangan politik Khomeni. Syahabadi menekankan pentingnya perencanaan untuk mendidik dan mengoeganisasikan kaum muslimin.
Ketika mengulas sebuah yang dikenal dengan nama Doa Fajar, Khomeini menunjukkan keselarasan syariat dengan logika mistisme. Dia mengatakan tidak ada kontradiksi intrinsik antara irfan dan tasawuf di satu   pihak, dan berpegang teguh pada syariat di pihak lain. Kepribadian Khomeini berkembang selaras dengan tradisi Islam. Sebagai pemuda yang cerdas, introvet dan kecewa (kepada keadaan yang ada disekelilingnya ) ditambah dengan kemunduran dan keruntuhan kemapanan ulama, maka pemenuhan pencerahan batin lewat mistisme merupakan saat yang menentukan bagi Khomeini. Dia tak puas dan tak terpenuhi oleh agama versi ortodoks yang begitu lazim dikalangan mayoritas ulama.
Khomeini biasanya menulis dengan bahasa yang sangat sederhana. Dan tulisan misytisnya senantiasa dibungkus dengan bahasa simbolik Posturnya di publik sebagai mujtahid sejak awal selalu selaras dengan kecenderungan umum ulama. Dia menghindari subyek yang mencurigakan seperti filsafat dan mistisme, demi disiplin umum seperti hukum, fiqih, ilmu Al-Quran, dan hadis Nabi serta para Imam. Dalam beberapa hal, Khomeini adalah salah satu diantara  sedikit orang yang menjad faqih terkemuka, mencapai tingkat tertinggi dalam mistisme teoritis, dam sekaligus menjadi guru filsafat Islam yang sangat dihormati. Dia juga dipandang sebagai praktisi  islam militan terkemuka.
Konsep manusia sempurna menguasai imajinasi Khomeini, karena memberi Khomeini cara baru yang lebih efektif untuk mengungkapkan kemunduran Islam. Dia juga menerima pandangan kaum sufi seperti pra-eksistensi Nabi. Kaum Syiah percaya bahwa setelah wafatnya Nabi, cahaya beralih ke Alih, dan melalui Ali dan beralih kepada Imam Ahlul Bait. Logos merupakan hal yang sentral bagi pemahaman mistis mengenai alam semesta dan kedudukan manusia di alam semesta.
Ketika mengulas Doa Fajar Khomeini mengutip sufi besar Islam seperti Ibn Arabi, Mullah Shadra, Hafizh da Rumi, untuk mendukung pandangannya bahwa: “ Manusia sempurna adalah pemegang rantai eksistensi, yang melengkapi siklusnya… Dia adalah tanda agung Allah Yng diciptakan dalam imaji Allah. Setelah menerima pandangan manusia sempurna Ibn Arabi, Khomeini kemudian berpaling ke pahlawannya, yaitu Mullah Shadra. Dan teosofi transendental (Hikmat-e Muta’aliyeh) Mullah Shadra ini berdasar pada irfannya ibn Arabi, filsafat pencerahan (falsafeh-ye isyraq) Suhrawardi, filsafat rasional (falsafeh-ye masyya’I) pengikut Ibn Sina dan teologi (kalam) Syiah. Mullah Shadra telah menelaah persoalan ini sebagai perjalanan intlektual dan spiritual, dan merasionalisasikan argumennya dengan penjelasan mistis dan filosofis. Khomeini melangkah lebih jauh. Baginya perjalanan pertama adalah dari makhluk ke Tuhan dimana sang musafir yang mencari kebenaran berupaya keras meninggalkan wilayah batas-batas manusia. Perjalanan keduanya adalah dengan Tuhan dalam Tuhan. Dia akan mengetahui keindahan nama-nama dan sifat Allah, menyaksikan berbagai perwujudan sejatinya, pengaruh dan kekuasaanya. Perjalanan ketiganya adalah perjalanan dimana sang musafir kembali ke masyarakat, namuntak lagi terpisah dengan Tuhan karena Dia kini melihat zat mahakuasa-Nya. Perjalanan terakhirnya adalah dimana sang muusafir mendafat sifat-sifat Tuhan, sehingga dia dapat membimbing dan membantu orang lain mencapai Tuhan. Inilah tahap yang sangat penting. Disinilah Wilayat dan kenabian terealisasikan, memberi sang musafir misi penyampaian firman Allah. Dia harus memandu manusia dari yang banyak ke yang tunggal, dari penghujatan ke iman, dari kesyirikan dan tauhid, dari kekurangan ke sempurnaan. Yang lebih penting dengan menegakkan kebijakan yang benar, pemerintahan yang mutlak adil dan pemerintahan Tuhan , manusia sempurna memandu masyarakat menuju kesempurnaan mutlak.

Ketertarikan Pada politik.
Untuk menerapkan hukum islam, dan mendorong masyarakat menuju kesempurnasas, Khomeini harus mendapatkan sarana yang diperlukan. Di pusat teologi, yang dikemudian hari digambarkan oleh Khomeini sendiri sebagai sarang ular, yang menjadi norma adalah vaksionisme, lobi dan populisme. Otoritas moral, imbalan finansial dan pembuhuan karakter disingkirkan. Guru dan murid merupakan aktor utama yang dapat mengubah guru menjadi ayatullah besar, atau menghancurkannya. Dia kurang memperhatikan diskusi yang dimaksudkannya sekedar diskusi. Dia mengemukakan topik dengan cara yang jelas dan mantap. Pertama dengan menjelaskan pendapat yang lain mengenai topik itu, dan kemudian pendapatnya sendiri, sebelum mencari argumen.
Perhatian Khomeini pada mistisisme, dan non konformitasnya, tidak menghalangi perhatiannya kepada apa yang sedang berlangsung di Qum dan di dalam negeri pada umumnya.didorong oleh apa yang dilihatnya sebagai kemunduran moral di iran, pada tahun 1930-an dia mulaimengajar etika. Dikemudian hari dia mengatakan betapa periode sekarang ini orang’…pada egois, lemah dan melempem,’sehingga’ mereka tak mampu menghadapi kediktatoran Reza Syah’. Bagi Khomeini, bangsanya tak memiliki moral yang diperlukan untuk mengatasi kemunduran ini, dan Iran sebagai bangsa dengan demikian jadi terbengkalai. Khomeini memberikan kuliah di sekolah Faiziyeh Qum. Khomeini memilih tempat umum yang terkenal disebelah makam Fathimah di Bazar. Dia memilih hari kamis dan jum’at, ketika beribu-ribu peziarah berdatangan ke kota itu.ini menjamin tersebarnya  reputasi Khomeini di luar kalangan agama. Memeang banyak orang berdatangan dari kota-kota  dan dusun-dusung di sekitarnya, dan bahkan dari Teheran, hanya untuk mendengarkan ceramahnya. Pihak berwenang segera melihat bahwa Khomeini merupakan ancaman bagi ketertiban  umum. Mereka lalu berupaya agar Khomeini tidak memberikan ceramah, sekalipun di sekolah teologi. Menurut muridnya Khomeini menjawab “saya berkewajiban melanjutkan ceramah ini. Jika politi hendak menghentikannya, polisi harus datang sendiri dan mencegah jangan sampai ada ceramah”. Meski polisi tidak menyambut himbauan Khomeini agar campur tangan langsung, namun polisi mulai melakukn penekanan langsung atas diri Khomeini, sehingga Khomeini terpaksa memindahkan ceramahnya dari Faiziyeh, dan kemudian melanjutkan kuliahnya. Tak seperti kebanyakan Mullah yang berupaya menakuti dengan ancaman hukuman di neraka dan mendorong mereka dengan mengiming-iming surga, Khomeini berceramah tentang baik dan buruk, kesadaran agama, disiplin diri dan sebab-sebab kemunduran dalam Islam. Setelah mengahadapi tekanan pemerintah pada tahun 1930-an, Khomeini akhirnya mengalah pada tekanan sesama ulama pada akhir tahun 1940-an, dan tak lagi memberikan kuliah umum. Sejak itulah dia mulai belajar fikih, meskipun tetap mengajar akhlak, tasawuf dan filsafat secara pribadi. Merka memandang putraku tidak bersih agamanya, hanya karena aku mengajar filsafat dan tasawuf. Keluhnya sedih bertahun-tahun kemudian. Ali Akbar Hasyemi Rafsanjani, murid Khomeini yang kemudian menjadi presiden Iran, berkata bahwa Khomeini dipaksa uzlah oleh orang-orang yang menentang Khomeini mengajar filsafat, termasuk Ayatullah Burujerdi. Selama hampir tiga tahun , Khomeini mengajar di rmah, seringkali menyembunyikan dirinya sedang mengajar filsafat dan tasawuf. Namun, tiga diantara murid dekatnya, Ayatullah Murtadha Mutahhari, Ayatullah Husein ‘Ali Montazeri, dan ayatullah Javadi Amuli, tetap melanjutkan kuliah pribadi dibidang teosofi transendental dengan Khomeini.
Khomeini memasuki debat agama dan politik nasional sekalipun tidak terang-terangan, setelah perang Dunia kedua, ketika Reza Syah tak lagi berkuasa. Untuk menghadapi  pemerintahan Reza Syah yang anti ulama, para ulama setelah sebelumnya berjuang, merasa tak mempunyai banyak pilihan kecuali untuk tunduk. Suatu masa yang begitu sulit, sampai-sampai rezim Syah tentu akan menghancurkan Qum, jelas seorang rekan dekat Khomeini, Ayatullah Saduqi. Pendekatan pasif ini dibenarkan oleh gagasan taqiyah dalam Syiah, untuk melindungi orang Islam ketika dalam keadaan bahaya yang tak mungkin diatasinya. Tak syak lagi selama pemerintahan  Reza Syah, inilah sikap para ulama. Dan ada bukti bahwa Khomeini sendiri termasuk yang bersikap seeprti ini. Seorang muridnya menuturkan, ketika Bafki (seorang ayatullah yang tak disukai Reza) balik ke Qum, setelah di bunag, Khomeini mengunjunginya. Bafqi marah karena mullah membiarkan pihak berwenang menghancurkan Masjid Imam di Qum untuk pembangunan jalan. Bafki berkata kepada Khomeini : ‘anda ada di sini, dan membiarkan mereka menghancurkan mesjid Imam?’ jawab Khomeini : ‘Taqiyah adalah jalanku, dan jalan leluhurku’ (At-taqiyyatu dini wa dinu aba’I).
Pada periode pasca Syah, Khomeini bisa tidak bertaqiyah. Pernyataan politik pertamanya direkam pada 1944 dalam buku tamu disebuah mesjid di Yazd. Pada bagian atas halaman dia menulis “Untuk dibaca dan diamalkan” dia mengawali dengan ayat Al Qur’an : “Katakanlah, aku nasehatkan kepadamu satu hal, agar kamu bangkit demi Allah, bersama-sama atau sendiri-sendiri”. Dia menekankan gagasan bangkit demi atau dengan nama Allah it. Dia mengomentari apa yang telah terjadi pada bangsa yang tidak bangkit atas nama Allah itu. Karena egois dan mengabaikan bangkit karena Allah, maka hari-hari kita sekarang ini jadi gelap, dan kitapun jadi sasaran dominasi dunia. Karena egois maka dunia Muslim jadi terongrong. Karena kecewa melihat orang muslim, Khomeini mendesak mereka untuk belajar ‘tentang dedikasi kepada agama’ dari kaum Baha’i (meskipun kaum ini dianggap sesat). Tak lama kemudia, Khomeini mengemukakan pandangan nya mengenai pemerintahan Reza Syah dalam karya politik pertamanya, Kasyf Al Asrar (menyingkap rahasia), yang diselesaikannya  pada tahun 1942.
Dengan menggelar gaya polemik yang didapatnya di sekolah teologi, Khomeini berbicara secara retoris bahwa Reza Syah adalah ‘prajurit buta huruf yang tahu bahwa jika dirinya tak menindas mereka (ulama),dan membungkam mereka dengan bayonet, maka mereka akan menentang perlakuannya terhadap negara dan agama’. Kasyf Al asrar ditujukan terutama kepada Reza Syah. Sasaran utamanya adalah mereka yang bekerjasama dengan Reza Syah., khususnya ulama penghianat. Memang ini merupakan tanggapan langsung terhadap serangan atas kemampanan ulama dalam sebuah pamflet yang berjudul Asrar-e Hezar saleh (rahasia seribu tahun), yang ditulis Hakamizadeh, editor Homayoun. Khomeini dikemudian hari bertutur bahwa ketika ia melihat karya ini, dia jadi marah. Sekalipun pada waktu itu matanya sedang dakit, Khomeini tak melihat alternatif lain, selain cuti mengajar selama empat puluh delapan hari untuk menjawab tuduhan itu.mengenai Hakamizadeh dan orang yang seperti dia, Khomeini berpendapat bahwa sementara dunia dilanda perang, dan berbagai bangsa sedang berjuang menyelamatkan diri, ada beberapa orang yang tak punya pikiran dan jiwa, yang mencoba sekuat daya menyebarkan perpecahan dan fitnah, bukannya membantu saudara sebangsa mereka yang terdesak untuk berperang. Orang-orang seperti ini telah melakukan ‘langkah jahat’, seperti menyebarkan gagasan beracun mereka yang memfitnah ulama. Khomeini merasa berkewajiban membuat fakta-fakta ini menjadi perhatian orang. Sehingga sumber-sumber korupsi, kerusakan dan kesengsaraan Iran dapat diketahui. Satu kecenderungan reformis yang mendapat kemajuan, dan yang terutama di cerca Khomeini, mengatakan bahwa ritual Syiah dan beberapa sekte Sufi, sedikit hubungannya dengan agama yang di bawa Muhammad. Pandangan ini yang diserukan oleh Kasrawi dan sejumlah mantan mullah, tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh sekte Wahhabi Puritanis di Saudi Arabia.
Khomeini menulis bagian-bagian pamfletnya dengan cara jau lebih sederhana dan arif. Dengan sistematis, Khomeini membantah dan menyeleksi keragu-raguan akan keesaan Allah, Imamah, Ulama, pemerintah, hukum, dan hadis. Dengan memperlihatkan pengetahuan filsafat, logika dan polemiknya, dia menentang lawan-lawannya. Dia menerangkan latar belakang pokok persoalannya, dan mengemukakan kasusnya. Teknik yang juga dikemukakannya adalh membangkitkan rasa patriotisme dan sentimen keagamaan pembacanya. Berbeda dengan mulla segenarasinya, dia bahkan selalu menggunakan istilah filosofis yang pada waktu itu jadi mode dikalangan unsur anti ulama, yaitu kherad, atau kekuatan nalar. Orang yang tak rasional ini (Hakamizadeh) menganggap orang yang religius menginjak-injak kaidah nalar, dan tak menghargainya. Ini menunjukkan kebodohan Hakamizadeh dan kurangnya informasi. Bukankah orang religiuslah yang menulis filsafat dan prinsip fikih ? Bukankah mereka memandang beribu-ribu soal filsafat dan teologi melalui kaca mata nalar dan akal ? Bukankah tokoh-tokoh teologi ini yang memandang nalar sebagai salah satu masalh yang penting ?
Diperlihatkannya sensitifitas politik seperti itu diselang-selingi dengan kecaman. Ketika menyrang balik lawan ulama, Khomeini tidak merasa perlu menahan diri, menuduh mereka bidih, pengkhianat, jahil dan menyimpang dari agama. Namun ktik memulai pernyataan final polemiknya, dengan nada ofensif dia menulis bahwa mereka yang memandang diri sebagai pelindung agama mestilah ‘meremukkan gigi orang tak berakal ini dengan kepalan tinju bsi dan menginjak-injak kepalanya’ (yakni menutup mulut dan merendahkan mereka). Ada hal lain dalamksyf Al-Asrar. Disini kita melihat pernyataan pertama gagasan konstitusi negara Islam. Khomeini menghimbau pembacanya, khususnya ulama, agar membaca bab mengenai pemerintah.
Kata Khomeini, ‘pemerinta baru sah bila menerima aturan Allah. Aturan Allah artinya adalah menerapkan syariat. Segenap hukum yang bertentangan dengan syariat harus digugurkan, karena hanya hukum Allah sajalah yang sah dan tak berubah, meskipun zaman berubah’. Orang asing dan peradaban Barat, dalam hal ini, ‘mencuri nalar dan kecerdasan dari kaum Muslim’.
Katanya, bentuk pemerintahan itu sendiri tak jai soal, selama hukum Islam diterapkan. Namun jika pemerintahnya berbentuk monarki, maka rajanya harus diangkat oleh Mujtahid, yang memilih raja yang adil yang tak melanggar hukum Allah, yang tak menindas, yang tak melanggar hak milik, jiwa dan kehormatan orang. Dia mengharap pemerintah Islam mengikuti aturan agama dan melarang penerbitan yang bertentangan dengan aturan hukum dan agama, –dan dihadapan pendukung religiusnya–  menggantung mereka yang menulis omong kosong seperti itu. Pembuat fitnah, yang membuat kerusakan di muka bumi (musid fi al-ardh), katanya haruslah dimusnahkan, agar orang lain tak melanggar kesucian agama.
Pahlawan yang dikagumi Khomeini menggunakan persuasi Islam yang berbeda. Pada satu ujung, Modares, seorang anggota parlemen yang tak tercela, dan pada ujung yang lain, Syaik fadhlullah Nuri, pembela syariat yang anti konstitusionalis dan konservatif. Khomeini sering menyebut eksekusi Syek Fadhullah, bersama dengan tumbangnya  imperium Utsmania dan intervensi Inggris dalam urusan Irak, sebagai tiga malapetaka yang menimpa Islam. Kekaguman Khomeini kepada para pemikir Islam dan perintis perubahan diperkuat oleh militansi mereka dalam membela syariat. Meski memuji pemikiran konstitusional terkemuka seperti Ayatullah Na’ini (1860-1936) yang menghadapi Inggris di Irak, Khomeini tidak banyak memuji upaya Na’ini merujukkan demokrasi dengan Islam. Na’ini menulis buku teori politik Syi’ah, yang menanggapi pandangan ulam aanti konstitusionalis.
Pada akhir tahun 1940-an, Khomeini mulai meninggalkan uzlahnya. Khomeini percaya bahwa politik –seperti juga filsafat, tasawuf  dan fikih merupakan bagian dari Islam. Untuk memajukan pandangannya, dia mengamati dari dekat dua tokoh zaman itu, Ayatullah Kasyani , yang penting perannya dalam politik dan Ayatullah Burujerdi, seorang marja Taqlid paling penting sejak tahun 1947. dalam banyak soal, seperti anti kolonialisme, universalime Islam, aktivisme politik dan populisme pandanga Khomeini sam dengan Kasyani. Tapi mereka juga berbeda dalam banyak hal. Kayani adalah politisi berbudi bahasa, yang cenderung luwes, sedangkan Khomeini lebih keras dan kurang akomodatif. Sementara Kasyani melepaskan jabatannya sebagai guru di pusat Teologi, Khomeini menyerukan bersatunya kepemimpinan ulama. Memang, Kasyani barangkali lebih dikenal dikalangan ulama muda dan kelas menengah seperti Khomeini, namun yang memimpin pusat-pusat teologi adalah ulama terkemuka di Qum dan Najaf, dan bukan Kasyani. Setelah Ayatullah Burujerdi, yang selanjutnya dipuji Khomeini adalah Kasyani. Khomeini berharap Burujerdi dapat mengatasi perpecahan dan kelembaman ulama.
Sebagai guru teologi di Qum, Khomeini sesungguhnya memanikan peran aktif dalam mencari orang kuat dan dapat diterima semua kalangan untuk menyatukan dan melindungi ulama. orang kuat dan dapat diterima seperti itu ditemukan Khomeini pada diri Burujerdi. Seorang Mullah terkemuka yang terkenal luas pengetahuan teologi dan fiqihnya. Burujerdi juga dipandang sangat saleh, sangat meyakini dialog Sunni-Syiah dan administrator yang piawai. Kepribadian dan Kharisma Burujerdi, maupun visi reformisnya, mengalahkan pengaruh Syi’ah lainnya. Menjadikan dirinya pemimpin mereka yang hampir universal. Ini menimbulkan berbagai persoalan antara dirinya dan mullah politik sehingga dia bersikap hati-hati ketika menjalankan status non politiknya sebagaimarja’-I taqlid. Tidak campur tangannya Burujerdi dalam politik, pada saat Irang sedang mengalami kebangkitasn nasional besar selam aDR. Mosaddeq, menjauhkan kaum nasionalis dan sekutu Muslim yang mengharapkan dukungan dari ulama. Namun, Kasyani mwngabaikan nasehat Burujerdi, dan menerima jabatan sebagai juru bicara Majelis.
Mosaik politik yang kaya di Iran pasca perang dunia II, lebih didominasi oleh DR. Mosaddeq, ketimbang oleh politisi lain. Pada pertengahan 1940-an inilah Mosaddeq menjadi pemimpin Front Nasional, sebuah koalisi wakil nasionalis liberal di Majelis. Dalam pandangan Khomeini, niat Mosaddeq baik. Dia ingin melayani bangsa, namun kekeliruan utamanya adalah Mosaddeq tak menyingkirkan Syah, ketika Mosaddeq sedang kuat, sementara Syah sedang lemah. Burujerdi tak pernah mendukung Mosaddeq.
Pada tahun 1953, selama kontroversi berdarah sehubungan dengan Sayyid Ali Akbar Borqa’I, seorang ulama pro-Tudeh (partai Kiri) yang diduga keras menghina Burujerdi, Islam dan Al Qur’an pada kongres Partisan perdamaian di Wina, Khomeini yang menjadi pembantu dekat Burujerdi. Ketika reporter jurnal mingguan Taraqqi mewawancarainya, Burujerdi meminta agar mereka mewawancarai Khomeini sebagai wakil resminya. Dalam wawancara itu Khomeini  mengutip Burujerdi mengatakan bahwa Borqa’I harus pergi dari Qum, dan tidak boleh ikut pemilihan. Ketika wartawan meminta kesediaannya untuk difoto, Khomeini menolak dan inilah yang merupakan wawancara pertamanya.
Selama tahun-tahun ini, seorang sejarawan agama menulis : [Khomeini] adalah salah seorang guru besar, dan figur terkemuka di pusat-pusat teologi Qum. Dengan gaya bahasa berbunga yang lazim pada masa itu, dia menggambarkan Khomeini sebagai filosof piawai, mufti ahli, yang berkat dirinya tercerahkanlah mata pusat teologi. Dia menambahkan bahwa Khomeini bahwa ‘…merupakan pusat perhatian banyak pelajar dan orang dari Qum, Teheran, dan kota-kota lain. Kuliah etika Khomeini diikuti beratus-ratus orang bijak dari pusat itu sendir, dan dari tempat lain. Mengenai kuliah teologi Khomeni, sejarahwan ini menulis, kuliahnya lebih baik dibanding lainnya, dan seraya meramalkan masa depan Khomeini, dia menambahkan bahwa banyak yang diharapkan dari Khomeini.
Pada akhir tahun 1950-an, Khomeini merupkan salah stu bintang di pusat teologi. Sebagai buah bertahun-tahun mengajar akhlak, teologi, teosofi transendental dan filsafat, dua ratus lebih muridnya tersebrluas kpenjuru Iran dan dikalangan umat Syi’ah di luar negeri, .mereka jadi ulama lokal terkemuka, jadi imam shalat, mengajar teologi dan berkotbah. Perlahan-lahan Khomeini  mendapat keprcayaan sebagai ulama terkemuka.  Sebelum bergerak kearena politik agar dapat memperkuat kedudukannya dikalangan kemapanan agama dan memperluas basis kekuasaannnya secara umum. Khomeini memandang dua patron utamanya yakni Kasyani dan Burujerdi, sebagai dua segi Muhammad : Kasyani pemimpin politik dan Burujerdi pemimpin agama. Bagi Khomeini keduanya tidak ada yang ideal, sekalipun keduanya pernah menyebut Khomeini sebagai pemimpin agama di Iran dikemudian hari. Naluri politik Khomeini mendorngnya untuk mengungkapkan pandangannya yang seringkali tidak lazim dan radikal, menghimbau orang untuk bersikap sama, sekaligus berpegang pada konsensus kemapanan Qum di bawah perlindungan Burujerdi.
Secara teologi, posisi Khomeini bukan untuk menjadi Burujerdi yang lain. Sebab, Khomeini masih muda  dan masih banyak ayatullah senior yang masih hidup. Banyak ulama yang menghadapi keadaan yang sulit seperti Ha’eri dan Na’ini. Keduanya telah mencapai tingkat ilmu tertinggi, tapi tak ada peung untuk mencapai posisi puncak, untuk menjadi marja’-I Taqlid senior, karena masih ada senior mereka. Disatu pihak Khomeini tak ingin menjadi Kasyani yang lain. Menurut Khomeini, Kasyani disalah pahami oleh ulama Qum dan Teheran. Nasionalis religius seperti Mehdi Bazargan, ayatullah Reza, Abulfadhl Zanjani, dan Taleqani menjauhkan diri dari Kasyani.  Mereka menuduh Kasyani sebagai penyebab jatuhnya Mosaddeq. Dan mnjadikan Feda’ian-e Islam dan Kasyani sebagai contoh kekuatan yang tak mendapatdukungan mayorita ulama, dan pada akhirnya diisolasikan dan dikalahkan, Khomeini tak mau putus hubungan dengan kalangan teologis.sesungguhnya, kritiknya terhadap Kasyani adalah bahwa Kasyani bukannya mencoba mengislamisasi politik, malah mempolitisasi islam.. Khomeini ingin menjamin hal ini tidak terjadi pendapatan asli daerah adirinya sendiri.
Setelah kudeta terhadap Mosaddeq, Syah berangsur-angsur mulai percaya diri. Dan ini mmpenagruhi hubungannya dengan Burujerdi. Syah tak ingin lagi berkunjung ke rumah Burujerdi, dan pertemuan terakhir mereka tak lagi penting. Laki-laki sakit ini dibantu di bawa dari tempat tidurnya kekereta kuda menuju Tempat Suci dimana dia dipaksa duduk dikursi hampir sejam menunggu Syah. Dua pegawai membantunya berdiri ketika Syah datang mengahmpiri. Syah tidak berjabat tanngan dengan laki-laki tua ini, padahal dulu tangan laki-laki ini selalu di ciumnya. Syah tak memberi hormat kepadanya. Syah Cuma mengucapkan salam yang lazim, ‘Ahval-e Aqa Chetor Ast’ (bagaimana kesehatan anda ?). Syah tak menunggu jawabannya atau bertukar kata. Syah kemudian berlalu begitu saja. Pertemuan ini dipandang sengaja menghina Burujerdi dan ulama. Khomeini dan murid-muridnya melihat semakin angkuhnya Syah sebagai pertanda melemahnya Burujerdi. Menurut mereka, Burujerdi sudah dikelilingi agen-agen Syah.
Burujerdi meninggal pada Maret 1961. dan dimulailah proses suksesi. Pada hari ketujuh belas sepeninggal Burujerdi, ayatullah Behbani yang pro Syah pergi ke Qum mengunjungi mullah-mullah terkemuka Qum, untuk membentuk kelompok yang akan mengurusi sekolah tinggi teologi, dan mungkin juga mencari pengganti Burujerdi. Pada saat itu, Khomeini baru berusia lima puluh sembilan tahun. Karena merasa tak bahagia dengan peranan Behbani di istana, dan marah ketika melihat Behbani tidak turun tangan ketika Nawwab Safawi (seorang ulama muda, tokoh pergerakan Islam di Iran) dieksekusi, Khomeini ikut pertemuan itu namun tidak berdiskusi. Di Qum Masyhad dan Najaf ada ulama yang lebih senior. Khomeini memperlihatkan kesan bahwa ia ingin dikenal sebagai guru dan bukan sebagai marja’-I taqlid (sumber panutan). Murid Khomeini memintanya tampil. Konon Khomeini menolak dengan menunjukkan bahwa masih ada yang lebih senior daripada dia. Alasan lain Khomeini enggan menampilkan namanya adalah karena sebagian gurunya masih hidup dan dipandang lebih pas. Hal ini merupakan satu faktor dipusat teologi. Justru karena tidak punya ambisi, Khomeini jadi lebih populer dikalangan orang yang mengenalnya. Khomeini sudah menempatkan banyak muridnya di posisi-posisi pentingg diseluruh Iran dan di negara lain. Ketika sudah tiba saatnya bangkit menghadapi   rezim Syah, dukungan berdatangan dari mana-mana. Pengaruhmurid-muridnya sedemikian rpa, sehingga mereka bahkan dapat memperoleh dukungan lebih lanjut dari ulama apolitik yang enggan.
Meninggalnya Burujerdi, dalam banyak hal, merupakan titik penentu dalam hubungan ulama-negara. Bagi pemerintah, meninggalnya Burujerdi merupakan anugerah terselubung. Dengan tidak adanya tokoh kuat seperti ini, pemerintah mrasa lebih mudah melakukan perubahan sosial dan dengan demikian menguragni tekanan dari dalam maupun dari luar, Burujerdi yang sebelumnya mendukung Syah, beberapa kali menggugurkan upaya pemburuan pemerintah, seperti land reform.
Sepeninggal Burujerdi, Syah tampaknya melakukan campur tangan tidak langsung dalam urusan ulama, seperti mengirim telegram belasungkawa kepada ayatullah Agung Hakim di Najaf. Sayyid Hakim, sang ayatullah sama sekali bukan hal yang tepat untuk menggantikan Burujerdi. Posisinya tak pernah seperti Burujerdi. Mungkin dia adalah ulama yang sangat populer  di kalangan Syi’ah Lebanon, Irak dan Teluk. Tapi diatak bgitu tahu politik Iran. Yang mungkin lebih jelas, kandidat lainnya antara lain Ayatullah Sayyid Abdul Hadi Syirazi, Khu’I dan Syahrudi di Irak,dan sedikitnya enam ayatullah di Iran. Meninggalnya Burujerdi juga berarti bahwa Syah tidak perlu berkonsultasi dengan ulama untuk rencana-rencana yang mungkin ada implikasi agamanya. Ini jugamemberikan peluang kepada ulama seperti Khomeini untuk bertindak menurut ijtihadnya sendiri, karena sudah tidak lagi memerlukanpersetujuan Burujerdi.
Tidak adanya Burujerdi dan Kasyani juga memberikan dorongan ekstra bagi Khomeini untuk melakukan hal-hal yang gagal dilakukan oleh keduanya :meadukanagama dan politik, Khomeini banyak melakukan kampanye secar diam-diam. Dan sepeninggal Burujerdi Khomeini melakukan kampanye umum untuk membersihkan noda yang melekat pada Akhund-e siasi (mullah politik). Politik dan agama itu satu. Ini yang sering diutarakannya. Khomeini kenal politisi di Teheran. Dia bertemu dengan beberapa menteri dan perdana menteri, ketika berperan sebagai penasehat Burujerdi. Yang prnah ditemuinya antara lain DR. Eqbal dan DR. ‘Ali Amini, masing-masing mantan perdana menteri dan perdana menteri pada waktu itu.
Di pagi hari 2 Januari 1962, bertepatan dengan hari kelahiran Imam Ali Amini –yang berupaya memprakarsai perbaikan tertentu, dan juga berupaya menegakkan otoritasnya sebagai perdana menteri ditengah-tengah kian otokrasinya Syah—pergi ke Qum untuk menemui Khomeini, Golpaygani, Syariat Madari dan Mar’asyiNajafi. Skeitar tengah hari bersama pembantunya, Amini bertemu Khomeini. Pada waktu itu Khomeini adalah satu diantara empat teolog terkemuka Qum. Setelah salam para tamu disuguhi the dan biskuit persia. Khomeini dan Amini berbicara masalah soal peranan ulama dan pemerntah dalam masyarakat, maupun soal harapan ulama terhadap pemerintah dan sebaliknya. Perbincangan Khomeini dengan Amini menunjukkan keinginan Khomeini untuk mendapatkan konsesi dari pemerintah, ketika pemerintah mencaridukungan ulama bagi pembaruannya. Pada Januari 1962, sekitar sepuluh bulan setelah meninggalnya Burujerdi, pemerintah sudah waktunya mewujudkan rencana  land reform-nya. Ulam konservatif dan pemilik tanah kecewa, namun Khomeini dan ayatullah yang baru mapan menyetujuinya. Pada pertemuan itu, Khomeini menyebut soal land reform. Seperti dikatakan Amini, ‘Dia tak suka dengan prosedur pemisahan. Aku meyakinkan dia bahwa kita perlu perlu kerjasama untuk meralat isu itu’. Namun Amini dgntikan oleh Asadullah Alam, seorang tuan tanah terkenal yang kawan dekatnya Syah.
Setelah sekitar dua puluh tahun hubungan ulama – Syah relatif harmonis, benturan pertama dimenangkan ulama, terutama berkat bantuan Khomeini. Tantangannya dawali oleh sebua laporan di koran Teheran pada 7 Oktober 1962, mengenai sebuah peraturan baru. Peraturan baru ini meghapus syarat legal Islam, mengganti Al Qur’andengan kitab suci. Berita ini menghebohkan di Qum. Khomeini menggunakan kesempatan ini untuk menarik perhatian kaum Muslim kepada “ancaman Pemerintah” terhdap Islam. Agar tidak melanggar protokol, Khomeini memutuskan untuk mengundang ulama lainnya untuk datang kerumah guru mereka. Kemudian malam itu, Khomeini bersama dua ulama terkenal lainnya di Qum, Ayatullah Syari’at Madari dan Golpaygani, bertemu di rumah Ha’eri. Pada prtemuan luar biasa ini, keyiga orang ini mendiskusikan hal tersebut, konsekuensinya dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Pada pertemuan sangat penting inilah mulai terlihat sebagian kualitas kepemimpinan Khomeini.
Setelah pertukaran sejumlah telegram antara ulama dan negara, merebaklah protes menentang rancangan undang-undang itu di Qum dan Teheran. Dua bulan setelah rancangan UU ini disahkan, kabinet terpaksa harus menyingkirkan keangkuhannya danmembatalkan rancangan UU itu. Dengan dmikian bukan saja tekad Syah untuk melaksanakan pembruannya  mendapat kemunduran besar meskipun temporer, namun juga menghadapi miltansi politik religius, dengan pemimpin yang maksimalis. Mundurnya pemerintah, menyusul hukum pemilihan lokal, mendorong kaum Bazari tradisional untuk membantu ulama sekutu mereka mengembalikan basis kekuasaan historis yang sudah dihilangkan rezim pahlevi setahap demi setahap. Setelah dicabutnya rancangan undang-undang pemilihan lokal, sekelompok Bazari pergi menemui Khomeini di Qum. Diskusi mreka menyebabkan disepakatinya satu sistem yang lebih terorganisasi untuk menginformasikan kepada pendukung mereka dan untuk mengecam praktek rezim yang tak islami. Sejak saat itu, penggandaan dan petunjuk-petunjuk Khomeini lebih terorganisasikan. Bertindak sebagai mata rantai dan pembimbing berbagai kelompok Bazari, dia membantu merek amembentuk aliansi dengan nama Hay’athay-e Mo’talefeh-e Eslami (Koalisi Islam Kelompok-kelompok berkabung).
Pada Januari 1963, Syah mengambil apa yang barangkali merupakan keputusan sangat berani bagi kerajaannya, yaitu menerima tanggung jawab langsung untuk melakukan pembaruan sosial. Meniru jejak ayahnya, Syah bermaksud mengadakan perubahan , dan membuktikan siapa sebenarnya yang berkuasa. Syah mengatakan bahwa dia saja yang dapat mengatasi berbagai persoalan sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi negara, tanpa perlu bersekutu politik dengan kelompok kiri maupun kanan. RUU pembaruan  enam pointnya yang direferendumkan, melipiuti land reform dan pembaruan hukum pemilihan yang mengikut sertakan wanita. Proram ini merupakan upaya berani untuk mengubah wajah masyarakat Iran dan juga merupakan tantangan bagi ulama. Karena yakin bahwa sejumlah ulama terkwemuka  tak akan mendukung kelompok militan pimpinan Khomaeni, Syah mengira otoritasnya tak akan menghadapi tantangan besar. Barangkali Syah tidak dapat meramalkan bakal terjadinya peristiwa dramatis
Pada 23 Januari 1963, Qum menyaksikan ledakan kekecewaan dan amarah ulama. Benturan kerusuhan berdarah yang terjadi merupakan tantangan bagi Syah, dan akhirnya menyebabkan ditahan dan dibawanya Khomeini ke Teheran. Ketika dikembalikan ke Qum pada 7 Maret 1964, Khomeini tak lagi dipandang sebagai salah seorang ayatullah terkemuka semata, namun juga sebagai ayatullah yang pemimpin politik. Peluang lain bagi Khomeini untuk mengkonsolidasikan posisi politiknya ada pada musim gugur 1964, ketika parlemen mengesahkan RUU yang memberikan hak-hak ekstra-teritorial kepada personil militer Amerika Serikat. Serangan Khomeini terhadap pemerintah, dan disebut-sebutnya oleh Khomaeni ini-pada pidato 27 Oktober 1964-fakta bahwa kedaulatan Iran telah diinjak-injak, bukannya tanpa konsekuensi. Sekali lagi, Khomeini ditahan dan dibawa ke Teheran. Namun kali ini Syah memutuskan membuang Khomaeni.
Kepergian Khomeini, pertama ke Turki dan kemudian ke Irak, bagi Syah berarti hilangnya rintangan utama pembaruannya, dan juga hilangnya sumber penting penentangan terhadap pemerintahannya. Namun, pengaruh Khomeini tidak sepenuhnya pudar. Pengaruhnya kini bersifat di bawah tanah. Pernyataan politik umum pertama Khomeini di Najaf, membuktikan bahwa SAVAK beralasan kalau mengkhawatirkan tekad Khomeini. SAVAK mencoba, meski gagal, membendung sumber pendapatan Khomeini di Iran, dan kehilangan kontak langsung dengan pendukungnya di Iran, dan kehilangan harapan untuk memobilisasi mullah di Najaf, Khomeini mulai membina hubungan dengan pelajar Iran di luar negeri, seperti Abul Hasan Bani Shadr, Ibrahim Yazdi, dan Sadeq Qotbazadeh, yang kemudian menjadi tokoh terkemuka pada Revolusi Islam 1979.
Sementara itu Khomeini menulis Tahrir Al- Wasilah, sebuah ulasan mengenai teks tradisional, yang juga meliputi soal-soal sosio-politik yang diabaikan oleh orang-orang semasanya- seperti jihad, amar ma’ruf nahi munhar (menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran). Buku ini menjadikan  Khomeini kembali memiliki status faqih. Di sini, Khomeini kembali ke soal pemerintahan Islam, dan menyempurnakan apa yang tertinggal dalam Kasyf Al-Asrar. Khomeini kini mulai menyatakan bahwa Imam (pemimpin umat Muslim) berhak menentukan harga atau mengenakan batasan perdagangan, jika dirasa perlu untuk kepentingan masyarakat Islam. Dia juga menjawab banyak isu politik, dari segi kebijakan asing, dengan tujuan mencegah agar umat Islam tak terpengaruh pihak asing.
Ketika di Najaf, Khomaeni berada di tengah-tengah mullah yang tak dipercayainya. Khomeini juga tak dipercaya oleh mereka. Setelah lima tahun di Najaf barulah Khomeini merasa cukup yakin untuk mengatakan kepada kalangan ulama bahwa mereka belum cukup berbuat. Sesungguhnya Khomeini tidak menantang ulama Najaf ketika Ayatullah Sayyid Muhsin Hakim aktif dan sehat. Pada 1970, kesehatan Hakim menurun, dan dia mendapat tekanan dari pemerintah Irak. Khomeini, yang tak melihat adanya hambatan dari ayatullah terkemukan lainnya, kembali ke topik pemerintahan Islam. Dia, memberi banyak kuliah, dari 21 Januari sampai 8 Februari 1970. Dia mengemukakan bahwa dunia Islam sedang dilanda keputusasaan dan impotensi. Khomeini menyebutkan bagaimana kaum Muslim dizalimi kaum Yahudi, Kristen, imperialisme dan kolonialisme, dengan bantuan penguasa yang korup dan merendahkan diri. Khomeini mengkritik ulama yang asyik dengan soal-soal skolastis dan sok pamer ilmu, seperti topik menstruasi dan kebersihan jasmani. Khomeini berbicara kepada audiennya yang- katanya- kelak bertanggung jawab menyampaikan hukum dan sistem Islam.
Khomeini mendorong muridnya menyadari bahwa kewajiban merekalah ‘untuk menegakkan pemerintahan Islam,’ dan untuk yakin akan kemampuan sendiri dalam menuaikan tugas ini. Dia mendesak ulama untuk berupaya menegakkan negara Islam, dengan cara mengemban tanggung jawab posisi eksekutif, legistlatif, dan yudikatif. Dia juga memaparkan program aksi untuk mencapai ini dengan diawali pembaruan di pusat-pusat teologi.
Sikap teoretis utama Khomeinidalam memberikan legitimasi kepada negara Islam seperti itu doktrin Vilayat-e Faqih, yang terjemahannya bervariasi, seperti Kekhalifahan Teolog, Pemerintahan Faqih, atau Faqih.
Meski terkadang ada aktivitas dari oposisi, posisi Syah kuat sejak pertengahan 1960-an sampai pertengahan 1970-an, ketika dia memperkenalkan Iran sebagai ‘negara yang stbil’ dan makmur. Fakta bahwa Khomeini hanya mengeluarkan kurang lebih dua belas pernyataan yang ditujukan kepada masyarakat Iran di dalam negeri selama periode ini, menunjukkan bahwa dia bukan sedang menginjak tanah yang subur.
Keretakan pada dinding kukuh pada ‘stabilitas’ dan kontinuitas muncul pada tahun 1977, ketika Syah mencopot  perdana menterinya yang loyal, Amir ‘Abbas Hoveyda, yang telah mengabdi selama dua belas tahun, dan digantikan oleh seorang yang lebih bersemangat, Jamsyid  Amouzegar. Pada masa ini, tak ada yang tahu kalau Syah sedang mengidap kanker dan menjalani perawatan sebulan sebelumnya. Pada Oktober, ulama terkejut ketika mendengar bahwa putra sulung Khomeini, Mustafa meninggal secara misterius (diduga dibunuh oleh agen Syah-peny). Peristiwa ini membuat Khomeini banyak diliput media. Orangpun berdatangan ke rumah keluarga Khomeini di Qum, untuk menyampaikan bela sungkawa kepada saudara Mustafa yang bernama Murtaza Pasandideh serta keluarga lainnya. Ia juga banyak menerima telegram dan surat bela sungkawa. Kejadian ini menjadikan Khomeini lebih popular. Ia pun makin tampil sebagai simbol perlawanan terhadap Syah.
Munculya artikel yang menghina Khomeini pada pada6 Januari 1978 di harian Etela’at, memicu berbagai demonstrasi dan bentrokan dengan tentara di Qum. Demonstrasi ini menelan enam orang korban. Pada hari keempat puluh (arba’in) korban menyulut pergolakan di kota-kota lain. Ketika api sudah menyebar, Syah menjadi sasaran penghinaan. Merenungi perasaan nasional, dalam wawancara dengan Le Monde, Khomeini menyatakan bahwa dinasti Pahlevi harus ditumbangkan. Khomeini menambahkan bahwa tujuan idealnya adalah menegakkan negara Islam. Setelah melihat kedudukan sebagai pemimpin gerakan anti-Syah tidak perlu dipersoalkan lagi, Khomeini menjaga jarak dengan golongan kiri. Khomeini menyerukan langsung kepada agar bergabung dengan gerakan rakyat. Di Paris, Khomeini berbicara soal ‘Islam progresif,’ dimana wanita dapat jadi presiden, dan ‘aturan Islam,’ seperti retribusi (balas jasa atau ganti rugi) tak akan diberlakukan, kecuali kalau sudah cukup persiapan untuk menerapkan keadilan Islam total.
Pada periode ini, Khomeini tidak mendiskusikan teori Wilayat Faqihnya. Apalagi pandangan ulama sebagai pengawas. Bagi kubu Khomeini, hanya ada dua sasaran lagi yang perlu dicapai: perginya Syah, dan kembalinya Khomeini. Tujuan pertama semakin dekat, ketika pada 10 dan 11 Desember 1978, dua hari agama yang penting, yaitu Tasu’a dan Asyura, 9 dan 10 Muharram, berjuta-juta orang berbaris di Teheran menuntut perginya Syah dan kembalinya Khomeini. Khomeini mengambil prakrsa, menerbitkan rencana aksi tiga poinnya yang sudah diedarkan dikalangan kandidat dewan revolusi dan pemerintah provisional (sementara). Ketika mengungkapkan rencananya kepada rakyat Iran, Khomeini mengatakan bahwa ‘…berdasarkan hak-hak agama dan kepercayaan kepada saya dari mayoritas mutlak rakyat, sebuah dewan yang bernama Dewan Revolusi Islam telah dibentuk. Anggota dewan ini akan disebutkan sesegera mungkin.’ Penunjukan Dewan Revolusi merupakan langkah pertama menuju berdirinya institusi yang diperlukan untuk pemerintahan di Iran.
Pada 16 Januari 1978, Syah yang sedih dan sakit-sakitan berkemas-kemas meninggalkan negerinya, dan tak pernah kembali. Dua minggu kemudian, pada 1 Febuari, Khomeini tiba di Iran, disambut hangat berjuta-juta rakyat Iran sebagai pemimpin revolusi.


DAFTAR PUSTAKA
·      *   Riza Sihbudi, Biografi Politik Imam Khomeini, (Jakarta : Gramedia 1996) hal 36
·        * Ali Ramena, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan 1996)
·      *   Internet



Memulai Bisnis Mentok (Sebuah Tulisan Amatir)

Dengan berbagai alasan melihat situasi dan kondisi di perdesaan, akhirnya saya mencoba untuk berternak entok. Pada dasarnya entok diterna...