Kamis, 11 April 2013

Agama dan Masyarakat




Indahnya Alam




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jika kita melihat dari sisi agama maupun negara, sebenarnya ada sebuah satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Setiap Negara memiliki agam untuk dipilih di dalamnya. Bahkan, negara komunis pun sebenarnya memiliki agama, yaitu keyakinan untuk tidak memiliki keyakinan (agama). 
Perlu diingat juga, tidak selamanya agama dan negara berjalan serasi seratus persen. Hal ini terlihat dari adanya segelintir masyarakat yang mencampur baurkan antara undang-undang negara dengan undang-undang yang terdapat pada agama yang padahal bertolak belakang.



1.2 Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah “Hubungan Antara Negara dan Agama” ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Metodologi penelitian Agama dan Sosial. Akan tetapi, seiring dibuatnya makalah ini penulis menyadari betapa eratnya hubungan negara dan agama dalam kehidupan kita.
Mengetahui definisi agama dan juga negara serta mengetahui hubungan atau kesamaan,perbedaan, bentuk, tujuan, dan juga manfaatnya.









BAB II
PEMBAHASAN



Pengertian Agama dan Masyarakat

Pengertian agama dan negara.
Menurut penulis agama adalah sebuah keyakinan untuk dijadikan pedoman atau pegangan hidup seseorang. Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada tuhan, atau juga disebut dengan Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bersangkut paut langsung dengan kepercayaan tersebut.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta agama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk mengatakannya adalah “religi” yang berasal dari bahasa lati yaitu “religio” (ikatan). Definisi tentang agama dipilih dari yang paling meliputi dan yang paling sederhana, artinya diharapkan definisi ini tidak terlalu sempit atau terlalu longgar.
Dengan singkat definisi agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Sosiologi angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau buruknya agama atau agama–agama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.
Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1983). Sedangkan agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan 3,4% kepercayaan lainnya.
Sedangkan menurut pendapat Hendro puspito, agama adalah suatu jenis sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumya. Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada 3 macam yaitu:
1.      Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual
2.      Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri
3.      Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural
Ruang lingkup agama
Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup :
a.       Hubungan manusia dengan tuhannya
Hubungan dengan tuhan disebut ibadah. Ibadah bertujuan untuk mendekatkan diri manusia kepada tuhannya.
b.      Hubungan manusia dengan manusia
Agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran agama mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia.
c.       Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya.
Di setiap ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu menjaga keharmonisan antara makluk hidup dengan lingkungan sekitar supaya manusia dapat melanjutkan kehidupannya.

Keyakinan manusia untuk memilih agamanya menjadikan ia hamba untuk mentaati perintah tuhannya dengan menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan sepenuhnya yakin berasal dari tuhan. Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dan semua yang berasal dari tuhan.
Pengertian Agama Menurut Ahli.
  1. Durkheim                 : Agama adalah merupakan suatu sistem yang terpadu terdiri atau keyakinan dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci  dan menyatukan semua penganutnya dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat.
  2. Prof Dr.m Drikarya          : Agama adalah keyakinan adanya suatu kekuatan supranatural yang mengatur dan menciptakan alam dan isinya.
  3. H. Moenawar Chalil   : Agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi otos pengakuan.
  4. Hendro Puspito         : Agama adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan manusia.
  5. Jappy Pellokid        : Agama adalah percaya adanya tuhan yang maha esa dan hukum-hukumnya.

Agama-agama yang terdapat di  Indonesia.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia.
Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.
Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”.
Islam : Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya agama islam ke Indonesia melalui perdagangan.
Hindu : Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.
Budha : Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu.
Kristen Katolik : Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Dan pada abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.
Kristen Protestan : Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.
Konghucu : Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual.


Hubungan Antara Agama dan Masyarakat
Negara dan agama merupakan persoalan yang banyak menimbulkan perdebatan (discourse). Hal ini disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam menerjemahkan agama sebagai bagian dari Negara, atau negara  merupakan bagian dari dogma agama secara kodrati manusia merupakan makhluk individual dan makhluk social, oleh karena sifat dasar manusia tersebut, merupakan sifat Negara pula sehingga Negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara horisontal dalam hubungan manusia dan manusia lain untuk mencapai tujuan bersama.
Ada beberapa konsep hubungan agama dengan Negara menurut beberapa aliran, antara lain paham teokrasi, paham sekuler, dan paham komunis.
Hubungan Agama dan Negara munurut paham teokrasi
Hubungan agama dan Negara tidak dapat dipisahkan.
Negara menyatu dengan agama, karena pemerintah dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan masyarakat ,bangsa, dan Negara dilakukan atas titah Tuhan.
Terbagi menjadi dua bagian,yaitu:
Paham teokrasi langsung
Pemerintah sebagai otoritas Tuhan secara langsung
Adanya Negara atas kehendak tuhan sehingga yang memerintah adalah Tuhan pula.
Paham Teokrasi tidak langsung
Yang memerintah bukanlah Tuhan sendiri, melainkan yang memerintah adalah raja atau kepala Negara yang memiliki otoritas atas nama Tuhan, Kepala Negara atau raja diyakini memerintah atas kehendak Tuhan.
Contohnya adalah Kerajaan Belanda.

Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Sekuler
Kebalikan dari paham teokrasi yaitu memisahkan dan membedakan antara agama dan Negara.
Tidak ada hubungan antara Negara dan agama.
Negara merupakan urusan hubungan manusia dengan manusia atau urusan dunia, sedang agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan.
Negara membedakan antara norma hukum positif dan norma agama.
Warga Negara bebas memeluk agama apapun dan Negara tidak ikut campur tangan.
Hubungan Agama dan Negara Menurut paham komunisme
Hakikat hubungan agama dan Negara berdasarkan filosofi materialism dialektis dan materialism historis.
Menimbulkan faham ateis. Pelopornya yaitu Karx Marx yang memandang agama sebagai candu masyarakat(Marx, dalam Louis Leahy,, 1992:97-98). Menurutnya manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, sementara agama dalam paham ini dianggap sebagai suatu kesadaran diri bagi manusia sebelum menemukan dirinya sendiri.


Konsep Relasi Agama dan Negara dalam Islam
Konsep hubungan agama dan negara ini dirangkum menjadi 3 paradigma, yaitu :
Paradigma Integralistik
Merupakan paham yang menganggap bahwa agama dan Negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Paradigma simbiotik
Merupakan paham yang menganggap bahwa hubungan agama dan Negara dipahami saling membutuhkan dan bersifat timbal balik.

Paradigm Sekularistik
Paham yang beranggapan bahwaa ada pemisahan (disparitas) antara agama dan Negara.






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
       Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
       Bukti di atas sampai pada pendapat bahwa agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Kemudian, pada urutannya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial, dan individu dengan masyarakat seharusnyalah tidak bersifat antagonis.
Agama dan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Di sini perlu diketahui bahwa hal itu tidak mengimplikasikan pengertian bahwa “agama menciptakan masyarakat.” Tetapi mencerminkan bahwa agama merupakan implikasi dari perkembangan masyarakat. Kemudian dalam perkembangannya, agama dan sistem kepercayaan dapat mempengaruhi masyarakat.
Hubungan antara agama dengan masyarakat juga terlihat di dalam masalah ritual. Kesatuan masyarakat pada masyarakat tradisional sangat tergantung kepada conscience collective (hati nurani kolektif), dan agama nampak memainkan peran ini. Masyarakat menjadi “masyarakat” karena fakta bahwa para anggotanya taat kepada kepercayaan dan pendapat bersama.



Minggu, 07 April 2013

Andi dan Mimi


Mimi lagi narsis di pantai



Andi adalah seorang pemuda yang ganteng tapi pemalu, kerjaannya hanya melamun dan melamun, setelah usut punya usut ternyata dia menyukai seorang gadis yang bernama mimi, gadis yang sangat cantik. karena dia seorang pemuda yang pemalu Andi tidak berani mengungkapkan isi hatinya kepada sang wanita idamannya, dia hanya bisa memendam perasaan yang tidak pernah di ketahui oleh sang wanita namun Andi punya tekad yang kuat untuk mengatakan isi hatinya kepada sang wanita yang dicintainya, mulail lah Andi memberanikan diri untuk mengatakan hasratnya kepada sang wanita yang mnjadi idamannya. Malam itu Andi mulai mengetik sebuah sms untuk mengungkapkan isi hatinya, sebelum dikirim sempat dia mengulang dan mmbacanya berulang kali, untuk memastikan kalau smsnya sudah tepat untuk menembak sang wanita dikirimlah sms itu dengan hp jadulnya, tidak lama kemudian ada balasan
tit,,,tit,,,tit,,,drrr,,drrr,, dengan wajah yang pucat Andi memutuskan tidak mmbuka balasan sms itu,,
Andi memutuskan untuk mmbaca pesan itu besok pagi, tidurlah si Andi, tidak lama pagi pun tiba, trbangun dari tidur sibuk mncari hp nya yang jadul, trnyata benar ada pesan sms yang masuk, dia mmbaca doa agar pesan sms itu adalah jawaban di terima cintanya dari sang wanita idamannya
"begitu dibuka
*MAAF Sisa pulsa anda tidak mencukupi,
segeralah isi ulang pulsa anda"

hehehe
mengharukan bukan?




Senin, 18 Maret 2013

Shalat Perumpamaan Hidup



إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”
(QS. Al-baqarah[1]: 277 ).




Yevi yusnanda sedang shalat (gunung merapi)

                           Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan alam semesta ini, yaitu alam yang tampak oleh mata dari berbagai makhluk ciptaan-NYA, berlari dan melata di bumi, berterbangan di udara serta berenang di lautan. Maha kuasa Allah menciptakan alam yang tiada tampak oleh mata dengan segala makhluk ciptaannya yang ghaib, maha besar zat, sifat serta pengetahuan-MU ya Allah.
                           Maha sempurna ciptaan-MU ya Allah, siang bersinarkan matahari, malam berlampukan bulan yang dihiasi kelap-kelip bintang di langit kelam, bummi yang terhampar luas berpasakkan jutaan gunung, awan yang berarak tak pernah putus, hujan yang menyirami bumi ini menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dengan aneka rasa yang berbeda-beda.
                           Tuhan yang tidak pernah kantuk, tidak pernah lelah, sepanjang tahun terus-menerus berkuasa dan mengetahui keadaan hambanya. Menangis anak kera di hutan meminta air susu ibunya, meneetas sebutir telur ikan di dasar lautan, mencicit anak burung di ranting meminta perlindungan dengan ibunya. Berputar dunia ini pada porosnya, semua itu tak lepas dari penglihatan, pendengaran, dan pengetahuan-MU ya Allah.
                           Para pembaca yang di cintai Allah, kita pastinya mengetahui betapa pentingnya mendirikan shalat. Namun, begitu banyak orang yang melalaikan shalat, begitu banyak orang yang KTP-nya mengaku Islam akan tetapi sering melalaikan shalat.
                           Tidak sedikit orang yang shalat sehari sekali, itupun jika ia ingat. Tidak sedikit diantara umat muslim yang shalat seminggu sekali yaitu shalat jum’at. Tidak sedikit pula orang yang shalatnya setahun dua kali yaitu īdul fitri dan īdul adha.
                           Allah berfirman dalam al-quran “maka datanglah sesudah meraka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, meka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpu. (QS. Marya [19]: 59-60 ).

Mendirikan shalat
                           Begitu banyak dalil-dalil al-qur’an maupun sunnah rasul yang menerangkan wajib shalat, keutamaan shalat, serta bahayanya meninggalkan shalat. Al kisah, seorang ustadz memberikan sebuah ceramah tentang wajib shalat kepada mahasiswa, beliau menerangkan betapa pentingnya melaksanakan shalat.
                           Beberapa dalil diterangkan ustadz dengan segala pengetahuannya tentang shalat tersebut. “Shalat adalah tiang agama” ucap ustadz tersebut dengan penuh kelembutan. Beliau juga mengeluarkan dalil al-quran tentang shalat yang berbunyi “dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk” (QS. Al-baqarah[1]: 43 ).
                           Salah seorang mahasiswa yang merasa kurang puas terhadap apa-apa yang diterangkan ustadz tersebut mengangkat tangannya dan bertanya “maaf ustadz, tapi dalil al-qur’an maupun al-hadist yang ustadz terangkan barusan tidak menunjukkan wajibnya shalat. Dalil tersebut menyuruh kita hanya untuk didirikan bukan dilaksanakan atau diwajibkan?”.
                           Ustadz tersebut tahu bahwa dalil al-qur’an yang terdapat kata perintah di dalamnya adalah suatu yang wajib. Akan tetapi begitu susah menerangkannya kepada mahasiswa karena akan menerangkan kembali tentang usul fiqih, yang berarti memakan waktu yang banyak dan belum tentu mahasiswa tersebut paham terhadap yang diterangkannya.
                           Beliau berusaha menerangkan mahasiswa tersebut dengan cara yang berbeda. Dengan segera ustadz tersebut mengambil sebuah pena dan memanggil seorang anak “ya Fulan, tolong maju ke depan” ucap ustadz sambil memberikan pena yang di pegangnya. Ustadz tersebut memerintahkan kepada fulan agar mendirikan pena tersebut di atas meja.
                           Beberapa kali Fulan menncoba untuk mendirikan pena di atas meja tersebut. Terkadang terlihat ia bersusah payah mencari sisi meja yang datar. Dengan ketekunan Fulan, ketelitian, kesabaran, dan kemahiran yang Fulan miliki, akhirnya pena tersebut berdiri tegak. Tapi beberapa saat kemudian pena tersebut jatuh kembali akibat angin yang terdapat di sekelilingnya.
                           “Fulan, begitulah mendirikan shalat. Kita harus bersusah dengan sungguh-sungguh untuk mendirikannya, harus fokus, dan perlu ketenangan. Meja perumpamaan aqidah, haruslah datar. Angin dan getaran perumpamaan rintangan, kita harus menjaga pena tersebut agar tetap berdiri” ucap ustadz dengan serius.

Shalat Perumpamaan Hidup
                           1.Apabila terdengar suara azan panggila shalat subuh, ingatlah kita kepada bayi yang baru dilahirkan kedunia ini, lemah tidak berdaya sama sekali, semua kebutuhannya harus ditanggulangi orang lain. Kehidupan dan penghidupanya hanya tergantung pada kasih sayang orang lain, kasih sayang ibu bapak dan limpahan rahmat Allah.
                           Pinjaman dari Allah berupa Jasmaniyah yang menyatu dalam proses kejadian, ada beberapa pembagian yaitu, 4 dari ibu terdiri dari lemak, darah, bulu, dan daging. Kemudia 4 dari bapak berupa kulit, asib, urat, dan tulang. Serta 5 dari Allah berupa, pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan roh.
                            Ayat al-quran telah menerangkang hal tersebut yang berbunyi Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.  (QS. As-sajadah[32]: 9 ).
                           2. Apabila terdengar bedug zuhur, diiringi panggilan azan untuk shalat. Ingatlah ketika itu kita berada pada pertengahan jalan. Usaha terdapat pada tangan, kegagahan dan ketampanan terdapat pada tubuh, senyuman terdapat pada muka, pangkat terdapat di bahu, tabah maupun tamak terdapat di hati, jujur maupun bohong terdapat pada mulut, kesopanan atau keangkuhan terdapat pada gaya. Kemanakah kesempatan ini akan kita bawa ???
                           Apabila setir banting ke kanan, mengikuti ajaran Allah serta rasulnya dan tetap berpedoman pada ajaran islam, maka selamatlah kita di dunia maupun di akhirat. Namun apabila setir banting ke kiri, mengikuti ajaran syaiton dan melanggar apa saja yang telah ditetapkan islam sebagai perintah serta melakukan larangan yang telah di tetapkan ingatlah sungguh azab-NYA sangatlah pedih.
                           3.Apabila terdengar bedug diiringi suara azan panggilan shalat asar yang mendayu-dayu ingatlah dn sadarlah kita semua, bahwa barang yang ada di tubuh ini satu persatu telah di ambil penghuninya. Ibarat matahari telah condong ke barat, kita tak setampan dan segagah dulu lagi, pendengaran sudah tak jelas, penglihatan mulai rabun, kulit yang mengendor, ingatan selalu memudar. Hidup ini sudah merasa cemas di tambah dengan sakit-sakitan yang tak kunjung sembuh, maut setiap waktu dan setiap saat mulai mengintai.
                           Marilah kita tinjau kembali kehidupan ini, prilaku apakah yang telah kita kerjakan ketika muda. Sejauh manakah perbuatan baik kita kepada orang tua, keluarga, sahabat karib, tetangga, dan masyarakat. Sejauh manakah pengabdian kita kepada Allah yang maha kuasa.
                           4. Apabila terdengar bedug diiringi suara azan jikala senjauntuk menunaikan shalat maghrib, seperti matahari telah terbenam di ufuk barat, cahayanya telah ditelan alam. Kini, kenangan pahit manis telah berlalu, ambillah i’tibar perjalanan hidup kita telah usai.
                           Jikala itu terjadi jabatan longsor dari bahu, istri setia jadi kesepian, suami ganteng pergi berkeluyuran, anak menjadi yatim piatu, rumah indah ditempati orang lain, mata sedih berlinang air, namun maut tatap datang menjemput tak terhindarkan.
                           Firman Allah yang artinya “Katakanlah bahwa sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri dari padanya, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu akan di kembalikan kepada zat yang maha mengetahui segala sesuatu yang gaib serta yang nyata , selanjutnya ia akan memberitahukanmu, semua apa saja yang kamu lakukan”. (QS.As- sajadah [62]: 8 ).
                           5. Apabila terdengar bedug dan panggilan azan untuk menunaikan shalat isya maka ingatlah kita tiupan terompet sangkakala, menandakan dunia ini akan kiamat. Ap sajakah yang telah kita lakukan di dunia, semua akan di pertanggung jawabkan di akhitat kelak. Semua amal baik dan amal buruk akan ditimbang secara adil, perbuatan baik akan membawa kita ke surga dan jika perbuatan buruk lebih banyak maka akan membawa kita ke neraka naudzubillahi min zālik.
                           Ya Allah jadikanlah kami sebagai orang-orang yang beriman, orang yang selalu melaksanakan shalat berjamaah, jadikan kami orang yang selalu merindukan zat yang menciptakan kami. Ya Allah jadikan kami hamba-MU yang Engkau cintai, jadikan kami hamba yang selalu berada di jalan-MU, oleh karena itu bimbinglah kami menuju jalan yang benar. Āmīn...

Andi Musthafa Husain,
Santri Pon Pes UII
Alumni Pon Pes As-salam

*Tulisan ini telah diterbitkan di buletin Alrasikh

Senin, 14 Januari 2013

PUTRI MALAKA


PUTRI MALAKA*
                Penduduk Kampung Batu gampir telah mendapatkan kabar bahwa hari itu kampung mereka akan dilalui oleh rombongan Putri Malaka. Karenanya, pada hari itu mereka telah berkumpul di pinggir jalan yang akan dilalui oleh sang putri yang terkenal kecantikannya ke seluruh kesultanan melayu itu.
            Tidak lama kemudian rombongan Putri Malaka sudah tampak oleh mereka. Suara nobat dan nafiri terdengar semakin nyaring mengiringi kedatangan rombongan tersebut. Tampaklah kereta kuda sang Putri yang diiringi oleh 30 prajurit Aceh dan 20 prajurit Riak Damai. Rupanya sang putri baru saja mengunjungi sultan Aceh dan kini ia bermaksud mengunjungi sultan Riak Damai di kerajaannya.
            Rakyat segera berlutut tatkala rombongan putri datang. Tiba-tiba saja terjadi keributan kecil. Ternyata sumber keributan itu adalah Bujang yang tidak mau berlutut meskipun beberapa prajurit memaksanya untuk belutut. Keributan itu di dengar oleh sang putri sehingga ia menyuruh rombongan agar berhenti.
            “Paman, ada keributan apa??” tanya sang putri.
            “Ampun, tuan putri. Ada seseorang pemuda yang tidak mau berlutut dan menundukkan kepalanya. Kami sudah memaksanya, tetapi ia melawan,” ujar ketua prajurit agak ketakutan.
            “Bawalah ia kehadapanku !!!”
            “Daulat, tuan putri.”
            Prajurit itupun menyuruh anak buahnya untuk mendatangkan Bujang ke depan hadapan Putri Malaka. Maka, dua prajurit segera membawa Bujang kehadapan tuan putri. Bujang tampak tenang-tenang saja dibawa menghadap kepada tuan putri. Tak lama kemudian , ia pun sampai pada kereta kuda tuan putri.
            “Berlutut, ayo berlutut!! Tundukkkan kepala!!” perintah ketua prajurit setengah membentak.
            “Bagaimana berlututnya?? Aku tidak tau,” ujar Bujang lugu.
            “Bodoh, begini cara berlutut,” ucap ketua prajurit sambil menundukkan kepala memberi contoh kepada bujang. “sudah kau liat bagaimana cara berlututnya??”.
            “Ya, aku meluhatnya. Kau emang pantas berlut seperti itu, tetapi aku tidak pantas.” Ledek Bujang.
            “Kau,,,!!!”
            “Paman biarkan ia berdiri !!” perintah Putri Malaka dari dalam kereta. Lalu sang Putri Malaka pun keluar dengan dua orang prajurit wanita.
            Putri Malaka kini sudah berada di hadapan Bujang. Di bibirnya masih tersisa senyuman karena mendengar perdebatan Bujang dengan ketua prajurit. Ternyata putri adalah wanita yang anggun dan berwibawa. Sehingga Bujang pun akhirnya menundukkan kepalanya.
            “Siapa namamu saudara??” tanya Putri Malaka.
            “Ampun tuan putri. Nama hamba Nurddin, tapi biasa dipanggil si Bujang.”
            “Hai Bujang, mengapa engkau tidak mau berlutut??”
            “Ampun, tuan putri. Menurut hamba, tuanlah yang pantas berlutut, bukan hamba,” jawab Bujang dengan tenangnya.
            “Kurang ajar,,!!” carut ketua prajurit.
            “Diamlah paman, !!” perintah Putri Malaka. “Saudara bujang, mengapa aku yang pantas berlutut??”
            “Ampun tuan putri, jika pakaian tuanku kotor karena berlutut, tanku bisa menggantinya dengan yang pakaian yang lain. Sedangkan hamba, jika hamba yang berlutut, maka pakaian apa lagi yang hamba gunakan untuk shalat??” tanya Bujang.
            Sang putri diam sejenak. Ia memandangi Bujang dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. Dalam hatinya, ia mengakui apa yang dikatakan Bujang. Kelusuhan pakaian yang di kenakan Bujang sudah membuktikan kebenaran yang telah ia katakan.
            “Lalu mengapa kau berani melihatku dan rombongan, padahal engkau mengetahui itu dilarang??” tanya Putri Malaka lagi.
            “Ampun taunku, jika tuan putri tidak mau dilihat orang, mengapa tuan putri tidak berjalan di depan orang buta saja??” tanya Bujang yang masih menundukkan kepalanya.
            “Pengawal, kita lanjutkan perjalanan.!!”
            Putri Malaka kembali menaiki kereta kudanya. Rombongan itu pun melanjutkan perjalanannya diiringi suara nobat dari nafiri. Setelah rombongan itu jauh, maka orang-orang segera mengerumuni Bujang. Di antara mereka ada yang memuji keberanian Bujang ada pula yang menasehatinya. Bujang hanya tersenyum-senyum saja mendengar semua itu. Kemudian ia pun pergi menjauhi kerumunan orang yang masih membicarakannya.


*tulisan ini di ambil dari buku debat + humor islami

Minggu, 06 Januari 2013

Mus'ab Ibnu Umair

 (Persembahan untuk Agama)
Oleh: Andi Musthafa Husain


“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
(QS Ali ‘Imrān [3]: 133)

       
                Alkisah, tentang seorang sahabat Rasulullah yang bernama Mus’ab ibnu ‘Umair. Di zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang juragan Nasrani yang kaya-raya. Ia hanya memiliki satu-satunya anak kesayangan yang diberi nama Mus’ab ibnu ‘Umair. Sebagai anak tunggal, Mus’ab selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Semenjak kecil, orangtuanya selalu mengajarkan ia menjadi anak yang rapi, bersih, dan jujur.
                Di masa remajanya, Mus’ab selalu menjadi bintang di daerahnya. Manusia yang dianugrahi ketampanan yang luar biasa ditambah lagi dengaan kecerdasan yang mapan. Pada suatu ketika, orang yang wanginya mencapai jarak 100 meter dari jarak keberadaannya ini, berjalan-jalan di kota Madinah. Ia melihat Rasulullah sedang berjalan menuju suatu tempat yang biasanya untuk penyebaran agama Islam secara sembunyi-sembunyi.
                Rasa ingin tahu Mus’ab seketika itu juga meluap. Ia berusaha mendengarkan pembicaraan kaum muslimin dari jarak kejauhan. Namun, Rasulullah mengetahui hal itu, dan segera memanggil Mus’ab untuk bergabung dalam forum. Dengan rasa takut berbaur dengan malu, Mus’ab melangkahkan kakinya menuju panggilan Rasulullah salallāhu ‘alaihi wa sallām. Ketangkasan otak Mus’ab dalam berpikir merespon cepat terhadap apa-apa yang diajarkan oleh baginda Rasulullah. Kata demi kata ia pahami dengan cermat dan tangkas.
                Keesokan harinya, Mus’ab ibnu ‘Umair bangun pagi dan segera mencari Rasulullah dan menyatakan syahadatnya, “Asyhadu anlāiāhaillalahi wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullahi.” Kata itu spontanitas keluar dari mulut Mus’ab. Tanpa ragu dan banyak basa-basi Mus’ab menyatakan keIslamannya. Akan tetapi, ia berusaha menyembunyikan keIslamannya dari keluarga dan karib sahabatnya. Mus’ab tahu bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menyampaikan keIslamannya tersebut.
                Suatu ketika, salah seorang sahabat Mus’ab melihatnya sedang bersama orang-orang muslim dan melaporkan pada keluarga Mus’ab. Ketika pulang, Mus’ab langsung dipukuli oleh kedua orang tuanya. Memar pada tangan badan dan kakinya mulai kelihatan pada kulit putihnya. Mus’ab berusaha menjelaskan semuanya, akan tetapi tetap saja ia di pukuli. ‘Umair sangat marah pada mus’ab dan mengusir anaknya sendiri dari rumah.Mulai sekarang kamu bukan lagi anakku, silahkan ikuti agama Muhammad,” ucap ‘Umair tanpa pikir panjang. Ia sangat kesal mendengar anak kesayangannya telah berpaling darinya dan memeluk agama Muhammad.
                Semenjak itu, Mus’ab mulai menghidupi dirinya sendiri. Bukan tidak mampu menjadi kaya, akan tetapi ia selalu mendahulukan orang lain yang lebih membutuhkan hartanya. Kebaikannya inilah yang membuat Mus’ab semakin miskin. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahunpun bergantikan tahun, umat Islam yang dahulunya agama yang kecil menjadi sangat besar dan tidak bisa diremehkan lagi kekuatannya.
                Mus’ab yang dahulunya orang kaya kini menjadi miskin. Orang yang dahulunya serba apa adanya kini menjadi apa adanya. Ketampanannya yang membumi kini telah lenyap. Semua itu dia persembahkan untuk agamanya. Hal ini membuat Mus’ab dicintai masyarakatnya. Sifatnya yang dahulu sedikit kikir, kini menjadi pribadi yang setia kepada siapa saja. Bukan hanya orang muslim, bahkan dengan orang kafirpun ia berbuat baik. Mus’ab mengamalkan ajaran agamanya untuk berbuat baik kepada siapa saja, menunjukkan bahwa agama Islam rahmatan lilālamīn.
                Sampai suatu ketika, umat Islam mendapatkan panggilan untuk perang. Perang pertama bernama perang Badar, perang yang tidak seimbang antara umat Islam dan kaum kafir kurais. Pada peperangan ini umat Islam hanya berjumlah 300 orang saja, sedangkan orang kafir berjumlah sekitar 1000 pasukan. Hal ini tidak jadi permasalahan bagi umat Islam, karena umat Islam yakin dengan segala kemampuannya.
                Perbedaan kaum kafir dan umat Islam adalah bagi kaum kafir peperangan ini untuk mencari kemerdekaan. Mereka menginginkan hidup yang lebih baik, ingin lebih tenang, ingin mencari harta, dan kuda perang. Sedangkan kaum muslim, mereka menginginkan jihad, yang mereka cari adalah ridha Allah. Mereka menyerang mencari mati, kaum muslim menginginkan syahid di jalan Allah.
                Oleh karena perbedaan inilah umat Islam menyerang bagaikan singa padang pasir yang menyarang mangsanya. Umat Islam bukan ingin mencari duniawi. Akan tetapi umat Islam ingin mati syahid. Walaupun umat Islam kalah jumlah pada peperangan Badar, tapi mereka memenangkan peperangan tersebut. Umat Islam membuat semua orang kafir terkejut akan kekuatannya, yang pada akhirnya membuat kaum kafir untuk mengakui kekalahannya.
                Kaum kafir tidak menerima akan hal ini, mereka menyatakan perang untuk kedua kalinya. Perang tersebut diberi nama perang Uhud. Diberi nama perang Uhud karena peperangan ini terjadi di sekitar gunung Uhud. Kali ini umat muslim memberikan amanah kepada Mus’ab sebagai pemegang panji Islam. Mus’ab merasa sangat terhormat untuk mendapatkan tugas tersebut.
                Pada peperangan ini Rasulullah salallāhu ‘alaihi wa sallām memerintahkan beberapa dari pemanah handal untuk menjaga gunung Uhud. Rasulullah terlihat sangat serius untuk menyuruh para pemanah. “Janganlah kalian tinggalkan gunung Uhud, walau apapun yang terjadi.” Begitulah kata yang terlontarkan dari lisan nabi besar kita itu. Bukan hanya umat muslim yang mempunyai strategi dalam peperangan, kaum kafir juga memiliki beberapa taktik perang untuk mengalahkan umat Islam. Kaum kafir membagi pasukannya menjadi dua pasukan. Pasukan pertama menyerang langsung dari depan, sedangkan pasukan kedua menyerang melalui belakang dengan cara memutari gunung Uhud.
                “ALLAHU AKBAR!” Kata-kata inilah yang membuat umat Islam dari kuat menjadi tak terkalahkan. Di awal peperangan, umat Islam sudah mendominasi kaum kafir. Hal ini membuat para pemanah tergiur untuk turun mengambil rampasan perang. Hanya beberapa di antara mereka yang masih tinggal di gunung Uhud. Tanpa mereka sadari, ternyata kaum kafir telah berada di belakang mereka. Kini keadaan berbalik, umat muslim terperangkap di tengah tengah kaum kafir.
                Mus’ab ibnu ‘Umair yang pada waktu itu memengang panji Islam diserang oleh pemimpin kafir. Serangan pertama tepat mengenai tangan kanan Mus’ab. Rasa pedih itu tidak sama sekali terlihat di mukanya. Dengan segera ia berdiri dan mengambil kembali panji Islam. Melihat akan hal itu pemimpin kafir tersebut dengan segera memutar kudanya dan menebaskan pedangnya pada tangan kiri Mus’ab. Kini Mus’ab tidak memiliki tangan sama sekali. Darah tanpa berhenti mengalir melalui lengan atasnya yang tersisa.
                Mus’ab terus berusaha berdiri dengan segenap kemampuan yang ada dan menggenggam erat panji Islam yang ditempelkan di badannya. Melihat akan hal itu pemimpin kafir sangat marah dan mulai mengejar kembali ke arah Mus’ab dan melemparkan tombak ke arah dadanya. Kini Mus’ab tidak bisa berkata-kata. Tombak itu tepat menembus badannya yang sudah tak berdaya. Perlahan lahan ia terjatuh dengan tetap memegang erat panji Islam di dadanya.
                Ya Allah kami berdo’a kepada-Mu. Semoga kami temaksud golongan orang-orang yang Engkau ridhoi. Semoga kami tetap berada pada jalan yang benar. Masukkanlah kami pada surga-Mu bersama para syuhada’ yang telah berjuang mati-matian membela agama-Mu. Ya Allah, kami hanyalah makhluk-Mu yang lemah. Oleh karena itu, tolonglah hamba-Mu ini dalam menjalani hidupnya. Amiiin...Wallāhu a’lamu bi ash-shawāb. []

Andi Musthafa Husain,
Alumni Pon Pes as-Salam al-Islami
Santri pp uii

Memulai Bisnis Mentok (Sebuah Tulisan Amatir)

Dengan berbagai alasan melihat situasi dan kondisi di perdesaan, akhirnya saya mencoba untuk berternak entok. Pada dasarnya entok diterna...